Anggota Rohis

Dengan Penuh semangat semoga kita semua dapat menjalankan amanah dan tanggung jawab pada Rohis SMA N 1 Demak dengan sebaik-baiknya,
@ROHIS 2011-2012. :)

Idul Adha

Alhamdulillah 2 kerbau dan 1 kambing berhasil di sembelih dan di bagikan kepada warga oleh Rohis SMA N 1 Demak,
Pada Tanggal 10 Dzulhijjah 1433 H/ 6 Nopember 2011.

Peringatan Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di selenggarakan di mushola pada tanggal 12 rabiul awal.
Acara ini diikuti oleh anak ROHIS dan sebagian siswa - siswi SMA N 1 Demak. Alhamdulillah berjalan dengan lancar. :)

ROHIS Angkatan 2009-2010

Walaupun badan ini terpisahkan oleh tempat tapi kami tetap akan bersama dalam Perjuangan.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Tiga Tingkatan Kenikmatan Manusia

0 komentar

Tiga Tingkatan Kenikmatan Manusia
Tiga Tingkatan Kenikmatan Manusia - Dalam shalat kita memanjatkan doa kepada Allah. “Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yakni, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan orang-orang yang sesat.” (QS al-Fatihah [1]: 6-7).

Siapakah orang-orang yang telah diberi nikmat itu? Allah SWT mempertegasnya dalam surah an-Nisa’ ayat 69, yakni an-nabiyyin(para nabi), ashshiddiqin( orang-orang yang benar dan jujur), asy-syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan ash-shalihin(orang-orang saleh).

Tentu saja, kenikmatan yang mereka peroleh tidak pada bendawi, tapi nikmat iman dan Islam. Itulah nikmat yang paling tinggi nilainya. Nikmat yang menjadikan segala nikmat duniawi menjadi berharga dan maslahat. Jika tanpa nikmat iman dan Islam, semuanya bisa menjadi malapetaka yang menjerumuskan.

Sungguh nikmat Allah SWT begitu banyak tak terhingga. Sekiranya kita menghitung, tak sanggup menghitungnya. Karena itulah, Allah SWT tak menyuruh kita menghitung, tapi bersyukur. (QS [2]: 152,172, [31]: 12). Kenyataannya, sedikit sekali manusia yang bersyukur. (QS [7]: 10, [14]: 34, [23]: 78, [67]: 23). “Lalu nikmat Tuhanmu mana lagi yang kaudustakan?” Sebanyak 31 kali diulang dalam surah ar-Rahman.

Ada tiga kategori kenikmatan yang sekaligus menjadi tingkatan yang ingin diraih manusia. Pertama, kenikmatan fisik. Kategori ini paling rendah dan menjadi kebutuhan dasar manusia ( basic needs). Kenikmatan fisik (material) berhubungan dengan jasmaniah, yakni makan dan minum (termasuk buang hajat), harta, tidur, dan seks. Tidak jauh dari sejengkal dari pusar ke atas (perut) dan ke bawah (kemaluan).

Kedua, kenikmatan sosial. Kalau manusia meraih nikmat fisik, berarti dia telah memperoleh kelezatan dunia wi (lazaat) yang sifatnya individual. Tapi, dia belum meraih kebahagian ( assa’adah). Sebenarnya, binatang juga tidak bisa hidup tenang hanya dengan fisik belaka. Mereka membutuhkan keluarga dan komunitas (sosial). Demikian pula manusia. Nikmat sekali hidup seorang yang masih punya istri/suami, orang tua, anak, anggota keluarga, sahabat, dan tetangga yang baik. Jika tak bertemu, rasa rindu tak terkira. Keletihan dan penderitan sepanjang mudik pada Hari Lebaran terabaikan.

Ketiga, kenikmatan spiritual. Ketika seseorang memiliki harta, kedudukan, sehat, rumah yang indah, kendaraan yang bagus, istri dan anak yang saleh, peduli pada tetangga dan kaum dhuafa, serta mustadh‘afin. Masya Allah, nikmat sekali hidupnya. Tapi, kedua kenikmatan tersebut masih nisbi dan bisa hilang tak berbekas dalam sekejap. Kedua kenikmatan itu akan lebih bermakna lagi jika kita meraih kenikmatan spiritual.

Kenikmatan spiritual bersifat ruhaniah (ilahiah) yang didapat ketika seseorang berhasil membersihkan hati, pikiran, dan perbuatannya dari segala macam keburukan (QS [91]: 9-10). Sehingga, cahaya ilahi merasuk ke dalam kalbu, pikiran, dan perbuatan.

Dia akan merasakan nikmat menjalani keadaan apa pun. Musibah bukan lagi derita, melainkan jalan bahagia. Tidak hanya merasa nikmat ketika lapang, tetapi dalam derita dan perjuangan. Wallahu a’lam.

http://republika.co.id

Kabar Gembira bagi yang Bertakwa

0 komentar

kabar gembira bagi yang bertakwa
saga-islamicnet.blogspot.com - Takwa merupakan wasiat Allah kepada orang-orang terdahulu, saat ini dan akan datang. (QS. An-Nisa': 131). Takwa sekaligus wasiat Rasulullah SAW kepada para sahabat dan umatnya, melalui sabdanya, "Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah.” (HR. Ibnu Majah).

Takwa yang berarti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, lebih jauh merupakan derajat keimanan tertinggi. Ia adalah kata agung yang mencakup semua sisi kebajikan. Ia menjadi penghalang antara kita dengan amarah dan azab Allah SWT.

Jalan menuju ketakwaan antara lain dilakukan dengan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap kegiatan dan keadaan; menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya; meninggalkan hal-hal yang meragukan (syubhat); memelihara sikap jujur dalam ucapan dan perbuatan; serta mewujudkan niat ihlas dalam semua amal ibadah.

Takwa bukan hanya bekal keselamatan kehidupan akhirat. Namun ia merupakan modal utama kehidupan dunia yang memberikan manfaat dan berkah di dunia maupun di akhirat. Sehingga ia harus nyata dalam segala gerak kehidupan dan bukan hanya tampak saat berada di tempat-tempat suci dan bulan Ramadhan.

Alqur'an dan As-sunah menjamin lima kabar gembira bagi orang-orang yang bertakwa: Pertama, orang yang bertakwa akan senantiasa mendapatkan solusi terbaik dalam menghadapi masalah/persoalan.

Allah SWT berfirman, "Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya." (QS. At-Thalaq: 2). Hal tersebut karena orang yang bertakwa memiliki sifat sabar dan tawakal melebihi sifat normal manusia lainnya oleh sebab ketakwaannya. Kisah Ya'qub AS membuktikan fenomena tersebut.

Kedua, orang yang bertakwa senantiasa merasa dilapangkan rezekinya. Allah SWT berfirman, "Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak di duga-duga." (QS. At-Thalaq: 3). Mendapatkan rezeki yang berkah dan dari arah yang tidak diduga merupakan buah ketakwaan, sedangkan rezeki yang diduga perkiraannya dari jalan sebab-akibat merupakan kelaziman bagi semua manusia. Kisah Maryam AS yang mendapat jamuan dari langit merupakan fenomena yang membuktikan teori dimaksud.

Ketiga, orang yang bertakwa senantiasa diterima amal perbuatannya di sisi Allah. Allah SWT berfirman, "(Habil) berkata: "Sungguh, Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah: 27). Kisah Qabil dan Habil membuktikan penolakan dan penerimaan amal perbuatan di sisi Allah SWT karena yang satu tidak didasari oleh ketakwaan sedang yang lain (diterima) dilandasi oleh ketakwaan. Ketakwaan dengan demikian merupakan jaminan diterimanya amal perbuatan.

Keempat, orang yang bertakwa dan mewariskan ketakwaannya menjamin keturunannya dari segala bahaya dan api neraka, (QS. An Nisaa': 9). Takwa merupakan wasiat terbaik yang jika dipegangi oleh sanak keturunan akan mengantarkan mereka selamat dunia-akhirat, sebagaimana wasiat takwa Ya'qub kepada anak-anaknya.

Kelima, orang yang bertakwa senantiasa diberikan tambahan petunjuk serta diampuni dosa dan kesalahannya oleh Allah. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepadamu dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu." (QS. Al Anfal: 29).

Berbahagialah orang-orang yang menghiasi perilakunya dengan sifat-sifat takwa sebab kendati terasa berat, namun Allah SWT akan menjamin lima kabar gembira baginya dan Allah adalah Dzat yang tidak akan mengingkari janji-janji-Nya. Wallahua'lam.

http://www.republika.co.id

Kita akan Bersama Orang yang Kita Idolakan

0 komentar

Kita akan Bersama Orang yang Kita Idolakan
saga-islamicnet.blogspot.com - Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memiliki seorang mawla yang bernama Tsawban. Mawla artinya budak yang telah dibebaskan. Tsawban begitu mencintai Rasulullah, sampai-sampai ia tidak bisa menahan gejolak rindunya.

Setelah sekian lama berpisah dengan Rasulullah saw, Tsawban mendatangi Rasulullah. Kini ia berubah: wajahnya pucat, murung, dan badannya kurus.

Melihat penampilan Tsawban yang berubah drastis, Rasulullah menanyakan apa gerangan yang terjadi dengan dirinya.

Kata Tsawban, ‘Aku tidak sakit, wahai Rasulullah. Hanya saja, jika aku tidak melihat wajahmu beberapa saat saja, maka aku begitu merasa kesepian dan rindu ingin segera berjumpa denganmu. Lalu, aku berpikir di akhirat nanti aku tidak akan mungkin lagi melihatmu, karena kalaupun aku masuk surga, toh engkau pasti berada di tempat para Nabi. Ujung-ujungnya aku pun tidak pernah lagi berjumpa denganmu’.

Tidak lama setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendengar perkataan Tsawban, turunlah wahyu,
“Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang Allah berikan nikmat, yaitu berada di golongan para Nabi, orang-orang yang tulus (shiddiq), para syuhada, dan orang-orang shalih.“ (Q.s. an-Nisa’, ayat 69).

Begitulah kita akan bersama orang yang kita cintai.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Ia berkata, “Kapan hari kiamat terjadi?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Ia menjawab, “Tidak ada sama sekali. Hanya saja, sesungguhnya saya mencintai Allah dan Rosul-Nya.” Maka beliau bersabda, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas pun mengatakan, “Tidaklah kami berbahagia dengan sesuatu seperti halnya kebahagiaan kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas berkata, “Karena saya mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Dan saya berharap saya bersama mereka karena kecintaan saya kepada mereka, meskipun saya tidak beramal seperti amal mereka.” (HR. Al-Bukhari no.3688)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah figur yang paling pantas kita cintai dan idolakan/teladani. Cintailah Rasulullah saw, niscaya insya allah kita akan kembali berkumpul bersamanya.

wallahu'alam

Ibadah Puasa dan Pendidikan Kedermawanan

0 komentar

Ibadah Puasa dan Pendidikan Kedermawanan
Ibadah Puasa dan Pendidikan Kedermawanan - Allah SWT berfirman, "Dan apa-apa yang kamu upayakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya darisisi Allah." (QS. Al-Baqarah, 110).

Kemudian Firman Allah SWT juga, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia- Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 261).

Dalam hadis shahih yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dijelaskan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan.

Puasa menyeru memberi makanan kepada orang yang sedang lapar, memberi si miskin dan menolong si fakir. Bulan Ramadhan adalah musim untuk orang-orang yang bersedekah dan peluang emas untuk orang yang memberi hartaHya kepada orang lain.

Sebuah sya’ir mengatakan, "Allah telah memberimu dengan berbagai materi, berikannlah sebagian pemberian-Nya itu kepada orang lain. Karena sesungguhnya harta itu akan sirna. Harta itu ibaratkan air, bila disumbat alirannya, maka ia akan kotor. Dan bila dialirkan dan dibirkan terus mengalir, maka air tersebut akan jernih dan segar."

Dalam sebuah hadis shahih Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Allah mempunyai dua malaikat yang ber doa setiap subuh. Salah satunya berkata; ‘Ya Allah, berilah orang yang membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah dengan gantu yang lebih baik lagi. Sedangkan malaikat yang satunya lagi berkata, ’Ya Allah, berilah kehancuran kepada orang yang tidak mau membelanjakan sebagian hartanya dijalan Allah’."

Betapa indah memberi harta kepada orang lain. Betapa baik shadaqah dan betapa mulianya saling membantu sesama. Setiapkali orang membelanjakan hartanya di jalan Allah, Allah memberinya kesehatan tubuh, ketenangan hati dan keluasan rizki.

Riwayat yang lain Rasulullah SAW juga bersabda, "Shadaqah bisa memadamkan dosa, sebagaimana air memadamkan api."

Dosa-dosa yang dilakukan hakikatnya mempunyai panas dalam hati, bara dalam jiwa, dan api yang menyala dalam kehidupan. Tak ada yang dapat memadamkan panas dan bara tersebut kecuali dengan bershadaqah.

Sungguh menakjubkan! Shadaqoh memiliki naungan yang rindang dan tempat berlindung bagi seorang hamba pada hari Kiamat. Setiap orang akan bergantung kepada naungan tersebut yang dihasilkan dari shadaqohnya di dunia.

http://www.republika.co.id

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...