Anggota Rohis

Dengan Penuh semangat semoga kita semua dapat menjalankan amanah dan tanggung jawab pada Rohis SMA N 1 Demak dengan sebaik-baiknya,
@ROHIS 2011-2012. :)

Idul Adha

Alhamdulillah 2 kerbau dan 1 kambing berhasil di sembelih dan di bagikan kepada warga oleh Rohis SMA N 1 Demak,
Pada Tanggal 10 Dzulhijjah 1433 H/ 6 Nopember 2011.

Peringatan Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di selenggarakan di mushola pada tanggal 12 rabiul awal.
Acara ini diikuti oleh anak ROHIS dan sebagian siswa - siswi SMA N 1 Demak. Alhamdulillah berjalan dengan lancar. :)

ROHIS Angkatan 2009-2010

Walaupun badan ini terpisahkan oleh tempat tapi kami tetap akan bersama dalam Perjuangan.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Menjadi Keluarga Allah SWT

0 komentar

Diakui atau tidak, era modern telah menggiring sebagian besar umat Islam hanyut dalam kesibukan duniawi. Nyaris waktu 24 jam tersita untuk urusan kerja, bisnis, ataupun beragam kegiatan lainnya. Bahkan, karena begitu sibuknya, tidak sedikit di antara Muslim yang mulai meninggalkan kitab sucinya, Alquran, baik meninggalkannya dalam arti mulai jarang membaca, memahami, menadaburi, maupun meninggalkannya dalam arti tidak lagi begitu antusias untuk menata hidup dengan menerapkan nilai-nilainya.

Alquran tidak lagi menjadi panduan dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Akibatnya, sangat jarang atau mungkin sangat langka pada zaman ini kita menemukan seorang Muslim yang ucapan dan perbuatannya benar-benar sesuai dengan kandungan Alquran.

Sebaliknya, cukup banyak umat Islam yang mulai asing dengan kitab sucinya. Padahal, Alquran adalah mukjizat akhir zaman yang dijamin kebenaran dan keautentikannya oleh Allah SWT. Hal ini Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15: 9).

Oleh karena itu, tidak semestinya seorang Muslim membiarkan diri jauh dari Alquran. Setidaknya, kecintaan terhadap Alquran harus selalu kita upayakan terjaga dan terpelihara setiap saat, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun.

Sebab, Allah SWT memberikan banyak keutamaan bagi kaum Muslimin yang mau membaca dan menadaburi Alquran. Satu di antara keutamaan membaca Alquran adalah berupa pahala yang besar. “Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS 17: 9).

“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Alquran), maka dengannya ia akan mendapat satu kebaikan; satu kebaikan dilipatgandakan menadi sepuluh kali; aku tidak mengatakan alif lam mim adalah satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ra).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW menegaskan bahwa mempelajari Alquran itu sangat besar pahalanya. “Hendaklah seorang di antara kamu berangkat setiap hari ke masjid, lalu mempelajari dua ayat dari Kitabullah (Alquran). Itu lebih baik baginya daripada dua ekor unta. Jika bisa tiga (ayat), ya tiga (ayat), hadiah untanya sebanyak jumlah ayat-ayat (yang dipelajari) itu.” (HR Muslim).

Hal ini sudah cukup memberikan satu argumentasi yang sangat kuat bahwa seyogianya umat Islam itu mentradisikan diri untuk selalu membaca Alquran. Sesibuk apa pun, setiap Muslim wajib membaca dan menadaburi Alquran.

Alquran adalah firman Allah SWT. Membacanya akan mendatangkan pahala besar, menadaburinya akan meneguhkan keyakinan, dan mengamalkannya akan mengundang keridaan Allah SWT. Bahkan, Allah SWT akan menjadikan mereka sebagai anggota keluarga-Nya. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. Beliau ditanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Rasul SAW menjawab, ‘Mereka adalah ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah, dan orang-orang khusus-Nya.’” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Republika.co.id

Keutamaan Shodaqoh

0 komentar

keutamaan Shodaqoh
Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT mendatangkan seekor belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda menepis-nepis lengan bajunya agar belalang jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu menjadi lebih kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang Pencipta! Demi keagungan-Mu apalah makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''

Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang dikurniakan oleh Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa terasakan mencukupi. Sebaliknya, tanpa keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan terasakan sempit dan menyusahkan.

Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''

Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah celaka.

Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan. Bahkan, di ayat yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah rezeki dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda, ''Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''

Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan, ''Obatilah penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan memperpanjang umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur.''

Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (baik).

Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia. Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk mencintai sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

Cara Makan Rasulullah saw

0 komentar

Ilustrasi
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS AlA'raf [7]: 31)

Makna `janganlah berlebih-lebihan' dalam ayat di atas sebagaimana dijelaskan dalam Alqur'an dan terjemahannya adalah janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas- batas makanan yang dihalalkan. Terkait hal itu, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih buruk untuk dipenuhi oleh seseorang selain perutnya, padahal cukup beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. 

Bila terpaksa ia lakukan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas." (HR Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi, dan beberapa perawi lainnya). Makan secara berlebihan dapat menyebabkan kelambanan dan kelebihan beban pada pencernaan serta fermentasi makanan dalam perut. 

Hal ini terkadang bisa mengakibatkan luka dan peradangan pada perut, kerongkongan, dan usus dua belas jari. Hilmy al-Khuly dalam bukunya Mukjizat Kesembuhan Dalam Gerakan Shalat, menyebutkan, bila perut dipenuhi oleh makanan, kemudian timbul proses fermentasi di dalamnya, maka dapat menimbulkan berbagai efek negatif, yaitu in'ikas ashabiy (reflek gerak pemantulan dan pembalikan saraf) terhadap kondisi jantung; idhthirab al-qalb (denyut jantung berdebar-debar) yang tekanannya bisa menurun dan bisa pula meninggi; dan terjadinya kejang jantung. Karena itu, Rasulullah SAW memberikan tuntunan dalam menyantap makanan sebagai upaya mengendalikan syahwat makan. 

Pertama, qul bismillaahi, ucapkanlah bismillah ketika hendak makan. Kedua, kul biyamiinika, makanlah dengan tangan kananmu. Dan ketiga, kul mimmaa yaliika, makanlah yang terdekat denganmu. (HR Muslim). Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda, "Kami adalah kaum yang tidak akan makan sampai kami merasa lapar. Jika kami makan, maka kami makan tidak sampai kenyang. (Rasulullah juga bersabda) Tinggalkanlah makanan (justru) ketika engkau sangat menginginkannya.

" Dengan demikian, melalui pengendalian syahwat makan ini, kita akan terhindar dari berbagai macam penyakit yang mengancam kehidupan. Sebab, perut adalah sarangnya penyakit, sebagaimana dikatakan Harits bin Kaldah, seorang tabib bangsa Arab, "Diet (mengatur pola makan) adalah pokok segala pengobatan, sedangkan perut adalah sarang penyakit. Oleh karena itu, kembalikanlah tubuh pada kebutuhan proporsionalnya." 

Adapun pada hadits lain

Dari Ka’ab bin Malik dari ayahnya, dia berkata, “Terbukti Rasulullah SAW makan dengan tiga jari dan menjilati (jari) tangannya sebelum membersihkannya”. (HR Imam Muslim)


Wallahu a'lam.

Keajaiban Piramida Mesir

0 komentar

Keajaiban Piramida Mesir
Kali ini saya akan sharing artikel mengenai Piramida Mesir, siapa yang tidak mengenal kemegahan bangunan ini.

Sebelum membahas secara umum mengenai piramida ini. Kita bahas dahulu bagian terluar dari piramida mesir. Dibagian luar dari piramida terdapat sebuah patung Sphinx yang agung dan dipahat dari batu. Patung ini diperkirakan oleh para arkeolog sudah berumur lebih dari 4500 tahun. Jika anda tidak tahu apa itu Sphinx akan saya jelaskan secara sederhana. Sphinx adalah patung setengah manusia dan setengah bertubuh singa dan patung ini tentunya berukuran sangat berar dan menjaga seluruh piramida yang ada di Giza, Mesir.

Sphinx pernah diartikan sebagai raja Khafre yang sudah meninggal sebagai seorang manusia yang mempunyai kekuatan menyerupai kekuatan singa. Patung Sphinx sekarang sudah terkikis oleh tiupan angin sehingga sebagian dari patung Sphinx sudah tampak tidak jelas.

Sphinx memiliki panjang sekitar 3 meter dan tinggi 20 meter. Sphinx melambangkan sifat gagah laksana singa hutan dan memiliki kepribadian bak manusia.

Beragam penjelasan dari para pakar, ada yang menjelaskan bahwa Piramida di Mesir adalah Warisan dari para penghuni luar Bumi. Karena diluar planet Bumi juga ditemukan sebuah Piramida yang berada di Planet Mars dan posisi garis Lintang pada piramida di Mars sama dengan posisi garis Lintang di Bumi. Ada pula yamg mengatakan Piramida adalah peninggalan peradaban era Atlantis. Tapi banyak para pakar yang menyetujui bahawa Piramida Mesir adalah bangunan rekontruksi yang diciptakan oleh masayarakat Mesir kuno untuk makam raja-raja, tempat peribadahan (pemujaan). Entah berapa banyak orang dan waktu yang diperlukan untuk membuat satu buah Piramida. Sesungguhnya berat darisatu bongkah batu raksasa dari Piramida Mesir yang paling berat dapat mencapai 2 ton per batu. Sungguh keperkasaan manusia Mesir kuno. Ada yang mengabarkan Piramida dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Fir'aun. Wallahu'alam
Demikian penjelasan mengenai Piramida Mesir ini, walaupun sedikit mudah-mudahan menambah pengetahuan.

Akhlak Terhadap Orang Kafir

0 komentar

akhlak terhadap orang kafir
Akhlak Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam adalah Al-Qur’an sebagaimana riwayat dari Aisyah radhiyallâhu'anha ketika ditanya akhlak Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau radhiyallâhu'anha menjawab:

“Akhlak beliau (Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam) adalah Al-Qur’an”

Kemudian Aisyah radhiyallâhu'anha membacakan ayat.

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”
(QS al-Qalam/68 : 4)

Kata “khuluqin ‘azhim” (budi pekerti yang agung) dalam ayat ini, mencakup seluruh akhlak terhadap semua makhluk, sebagaimana sudah disampaikan pada ceramah yang pertama tadi seputar rahmat ((Lihat “Islam Adalah Rahmat, Bukan Ancaman”). Rahmat (rasa kasih sayang) merupakan akhlak yang paling tinggi, motivator serta motor penggerak utama akhlak-akhlak mulia lainnya.

Jika contoh-contoh dan riwayat-riwayat yang telah dibawakan dalam ceramah tersebut berkaitan dengan akhlak Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang kafir dalam peperangan, maka bagaimana kita akan menggambarkan akhlak beliau shallallâhu 'alaihi wasallam terhadap mereka dalam kondisi damai?

disini akan disebutkan tiga hadits tentang hal itu.

Hadits Pertama, sabda Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam:

“ …. Sesungguhnya para utusan (duta) itu tidak boleh dibunuh”
(Hadits Riwayat Abu Dawud)

Maksudnya adalah, para utusan yang dikirim oleh orang-orang kafir sebagai duta dan penghubung antara kaum muslimin dengan kaum kafir.

Keadilan dan kasih sayang Islam tidak memperbolehkan untuk membunuh dan menyakiti mereka. Karena, dalam Islam terdapat ajaran (agar menjaga dan mentaati) perjanjian dan ikatan janji.

Ini merupakan gambaran cara bergaul tingkat tinggi dari kaum muslimin, atau dari agama Islam, atau dari Nabi umat Islam kepada orang-orang kafir (non Islam).

Hadits Kedua, yaitu dalam wasiat Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam kepada Mua’dz bin Jabal radhiyallâhu'anhu.

Beliau shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:

"Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik"
(Hadits Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Darimi)

Dalam hadits ini, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam tidak mengatakan “Pergaulilah kaum muslimin, atau orang-orang yang shalih, atau orang-orang yang mengerjakan shalat”, akan tetapi beliau mengatakan “dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.

Maksudnya adalah semua menusia, yang kafir, yang muslim, yang mushlih (yang melakukan perbaikan), yang fâjir (jahat) dan yang shalih, sebagai bentuk keluasan rahmat dan kelengkapannya dengan akhlak din (agama).

Hadits Ketiga, yaitu hadits tentang seorang Yahudi, tetangga Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam yang sering menyakiti beliau shallallâhu 'alaihi wasallam.

Suatu ketika, Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam mengetahui bahwa orang yang selalu menyakitinya ini memiliki seorang anak yang sedang sekarat. Maka Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam datang berkunjung ke rumahnya dan mengajaknya menuju jalan Rabb-nya, dengan harapan semoga Allâh memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaan orang ini.

Beliau shallallâhu 'alaihi wasallam membalas keburukan dengan kebaikan, meskipun terhadap orang kafir. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda kepada si anak, sementara bapaknya juga ada bersama mereka.

“Wahai bocah, katakanlah lâ ilâha illallâh,
itu akan menyelamatkanmu dari api neraka”

Mendengar seruan ini, si anak memandang ke arah bapaknya dan memperhatikannya. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam mengulangi lagi.

“Wahai bocah, katakanlah lâ ilâha illallâh”

Si anak memandang ke arah bapaknya lagi.

Kejadian yang sama juga terjadi antara Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam dengan pamannya, Abu Thalib, yang senantiasa membantu dan menolong Islam, kaum muslimin serta Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam, akan tetapi, dia tidak masuk Islam. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya.

“Wahai paman, katakanlah lâ ilâha illallâh”

Mendengar seruan ini, Abu Thalib memandang para pembesar Quraisy. Lalu mereka mengatakan.

“Apakah kamu benci terhadap agama nenek moyangmu”
(Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari)

Akhirnya Abu Thalib meninggal dalam kekafiran.

Sedangkan orang Yahudi (dalam cerita diatas) yang mendengar Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam mengajak anaknya agar masuk Islam, Allâh Ta'ala menceritakan kondisi mereka.

“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya,
mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.
Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka tidak beriman (kepada Allah)”
(QS al-An’am/6 : 20)

Bagaimana jawaban dan responnya ? Orang Yahudi itu mengatakan:

“Wahai anakku, taatlah kepada Abul Qasim (Muhammad)!”. Maka si anak, mengucapkan syahadatain Sebelum menghembuskan napas terakhir.

Mendapat respon positif ini, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:

“Segala puji bagi Allâh yang telah menyelamatkannya dari neraka dengan sebabku”
(Hadits Riwayat Bukhari, 1356, Ahmad, Abu Dawud)

Inilah akhlak Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam yang mulia, adab beliau yang luhur terhadap orang-orang non muslim, ketika kondisi perang dan dalam keadaan damai. Kita memohon kepada Allâh Ta’ala agar menjadikan akhlak kita sama seperti akhlak beliau shallallâhu 'alaihi wasallam, dan semoga Allâh menjadikan Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam sebagai panutan terbaik kita.

Allâh Ta'ala berfirman.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahnat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS Al-Ahzab/33 : 21)

http://majalah-assunnah.com

Menemui Allah

0 komentar

Menemui Allah
Saat ini saya akan sharing sebuah artikel mengenai Menemui Allah SWT, silahkan dibaca sebaik-baiknya.

Bahasan ini sebenarnya telah masuk ranah tasawuf dan hanya bisa dijelaskan dengan baik oleh ahli tasawuf (sufi) yang mencapai maqam (tingkatan spritual)  mahabbah (cinta Allah) dan ma’rifah (mengenal Allah). Dalam kajian Tauhid, selalu ditegaskan bahwa Allah itu esa, tidak beranak dan diperanakkan, tak bergantung pada apa pun jua. Dia adalah Zat Yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan sesuatu pun dan tidak pula ada yang menyerupainya. (QS.112:1-4,3:97,42:11).

Selain itu, disebutkan pula bahwa Allah bersemayam di atas Arasy yakni tempat yang tinggi dimana manusia tak mampu memikirkannya apalagi menghampirinya (QS.10:3,13:2,20:5,25:5). Meskipun pada sisi lain, bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, tapi seringkali tak bisa merasakan kehadirannya. (QS.2:186, 50:16). Lalu, bagaimana cara menemui Allah ?

Salah satu jalan untuk menemui Allah SWT adalah mengunjungi Rumah-Nya, Baitullah. Meskipun,  boleh jadi Dia tengah tak ada atau tak berkenan untuk membuka pintu Rumah-Nya. Kalau pun bisa menemui-Nya, tentu bersifat personal dan belum tentu berdampak pada relasi sosial (pemberdayaan umat).

Sementara, menemui-Nya saat bersemayam di atas Arasy, tentu jalan yang tak mungkin dilalui oleh manusia biasa.  Lalu bagaimana cara menemui-Nya yang dampaknya bukan hanya individual (hablum minallah), tapi juga sosial (hablum minannas) ?

Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dalam buku 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Lentera Hati, 2010), dinukil sebuah Hadits Qudsi (Hadits yang redaksinya dari Rasulullah SAW tapi maknanya dari Allah SWT.) dari Abu Hurairah Ra. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan berfirman pada Hari Kiamat :

Wahai putra putri Adam (Ibnu Adam), Aku sakit, tetapi mengapa engkau tak mengunjungi-Ku ? Ibnu Adam bertanya : ”Yaa Rabb, bagaimana aku mengunjungi-Mu sedang Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa engkau tidak menjenguknya ? Tidakkah engkau tahu, sekiranya engkau menjenguknya, niscaya engkau akan menemukan Aku di sana”.

Wahai putra putri Adam, Aku minta makanan kepadamu, tapi mengapa engkau tidak memberi-Ku makan ?”. Ibnu Adam pun bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedang engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan telah meminta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberinya makan ? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makan, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisiku ?”.

Wahai putra putri Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku minum ? Lalu Ibnu Adam bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan seru sekalian Alam”?. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa Hamba-Ku si Fulan telah minta minum kepadamu, tetapi mengapa engkau tidak memberinya minum ? Seandainya engkau memberinya minum, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisi-Ku.”


Jika kita simak Hadits di atas, pesan pertama sebagai jalan menemui Allah adalah membesuk orang sakit. Boleh jadi, karena orang sakit sedang berada di persimpangan jalan, yakni antara hidup dan mati. Seorang yang sakit keras atau kritis, sedemikian dekat kepada Allah. Sejatinya, ia berhak atas Muslim yang lain untuk dijenguk dan wajib bagi seorang Muslim untuk menjeguknya (HR. Muslim).

Mengunjungi orang sakit tidak sekedar lepasnya kewajiban, tapi justru dapat mengeratkan persaudaraan dan keharmonisan sosial. Hubungan yang disharmoni seringkali terbangun kembali setelah mengunjungi yang sakit. Doa yang dipanjatkan dan kegembiraan hatinya bisa mempercepat kesembuhan.

Jika kita ingin menemui Allah, maka kunjungilah orang-orang sakit yang bersandar dan bergantung penuh hanya kepada Allah SWT karena Allah pun senantiasa berada di sisi mereka yang sabar akan derita yang menimpa. Dalam kondisi demikian, mereka seringkali diabaikan dan terlupakan. Kita terkadang kaget dan menyesali, setelah mendapat kabar kematian si sakit sementara belum sempat menjenguknya.

Pesan kedua dan ketiga Hadits di atas adalah memberi makan dan minum. Kaum dhuafa dan mustdh’afin (anak yatim, miskin,  terlantar, tertawan, hidup berkalang tanah beratap langit, kekurangan gizi dan kelaparan) yang jumlahnya semakin bertambah adalah hamba-hamba yang dikasihi Allah. Mereka sengaja dihadirkan oleh Allah untuk menguji keimanan dan komitmen sosial kita sekaligus sebagai jalan menemui Allah SWT.

Konon, Nabi Musa As. pernah bertanya kepada Allah, dimana ia bisa menemui-Nya. Allah menjawab : “Temuilah Aku di tengah orang yang hancur hatinya”. Karena itulah, Allah SWT menyuruh kita untuk memberi makan orang yatim, miskin dan yang tertawan hidupnya, bahkan dinilai sebagai pendusta agama jika tidak menyantuni mereka (QS.2:177,90:14-16,93:9-10,107:3).

Justru dengan jalan yang tidak mudah ini, kita bisa menemui Allah dengan rasa bahagia, tenang dan nikmat baik dunia maupun akhirat. Tapi itu semua bisa diraih hanya dengan ikhlas dalam beramal shaleh dan tidak menyekutukan-Nya. (QS.18:110).

Demikianlah Islam mengajarkan ibadah yang sebenarnya, yakni ibadah yang berdimensi individual dan sosial sekaligus. “Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah agar menjadi kaya. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah agar bertambah sukses”, demikian orang bijak berkata.

Selagi ada kesempatan dan umur untuk melakukan kebaikan, maka lakukan sekarang. Jangan menunggu kaya atau sukses. Boleh jadi belum sempat kaya atau sukses ajal telah tiba. Menyesal kemudian tiada berguna.  (QS.63:10-11). Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah pada saat kita juga membutuhkan. Dan, jika mampu melakukannya, luar biasa nikmatnya dan Allah pun segera memberi ganti yang berlipat dan tidak terkira-kira (laa yahtasib). Insya Allah.

http://www.republika.co.id

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...