Anggota Rohis

Dengan Penuh semangat semoga kita semua dapat menjalankan amanah dan tanggung jawab pada Rohis SMA N 1 Demak dengan sebaik-baiknya,
@ROHIS 2011-2012. :)

Idul Adha

Alhamdulillah 2 kerbau dan 1 kambing berhasil di sembelih dan di bagikan kepada warga oleh Rohis SMA N 1 Demak,
Pada Tanggal 10 Dzulhijjah 1433 H/ 6 Nopember 2011.

Peringatan Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di selenggarakan di mushola pada tanggal 12 rabiul awal.
Acara ini diikuti oleh anak ROHIS dan sebagian siswa - siswi SMA N 1 Demak. Alhamdulillah berjalan dengan lancar. :)

ROHIS Angkatan 2009-2010

Walaupun badan ini terpisahkan oleh tempat tapi kami tetap akan bersama dalam Perjuangan.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Ketika Allah Mencintai Hamba-Nya

0 komentar

Jika seseorang mencintai seorang, maka ia akan selalu mendekatinya. Selalu ingin berdekatan. Melihat wajahnya. Berusaha memberi perhatian lebih. Lalu bagaimana jika Allah mencintai hamba-Nya?

Bukan bermaksud membandingkan dengan manusia atau cinta sesama manusia, bukan. Tetapi hanya sedikit menyadarkan tanpa bermaksud menyamakan dengan makhluk. Maaf Allah, aku yang salah berkata ini.

Jika Allah cinta, mungkin seperti cintanya manusia dan lebih lagi. Allah akan membuat kita mendekat kepada Allah. Diberi cobaan dan kesulitan agar selalu mendekat kepada Allah melalui doa dan rintihan kesedihan.

Allah akan lebih suka lagi jika kita ingat dosa-dosa dan bertobat ketika tengah kesusahan. Allah kemudian memberi kebahagiaan agar kita bersyukur dan memuji-Nya. Allah selalu memperhatikan kita, menjaga kita, men-spesial-kan kita, karena kita beriman dan selalu yakin kepadaNya. Karena Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak Allah cinta, dibiarkannya berbuat sesuka hati. Diberi ujian tidak mendekat apalagi diberi kelapangan, malah semakin jauh. Allah tidak akan membuat dia merintih dengan ujian dan penderitaan. Allah juga tidak peduli jika dia tidak bersyukur saat bahagia. Karena Allah tidak cinta, Allah hanya mengasihi mereka. Ah, ini hanya pemikiran dan persangkaanku saja. Sebuah pemikiran yang tidak tepat.

Jadi, berbahagialah untuk kita (semoga aku juga termasuk di dalamnya) yang merintih dan memelas, memohon kepada Allah. Mengadukan segala kesedihan hanya kepada Allah. Karena kita terpilih menjadi hamba yang dicintai Allah.

Kita dituntun untuk mendekat kepada-Nya. Karena Allah suka jika dekat dengan hamba yang dicintai-Nya. Lalu kenapa kita tak juga membalas cinta-Nya? Kenapa masih juga tidak ikhlas dengan kehendak-Nya. Tidak bersabar dengan kesulitan-kesulitan yang datang. Bahkan selalu mengeluh dan menolak jalan ini.

Sebaiknya, mulai sekarang kita harus lebih peka pada setiap kehendak Allah. Apakah itu berwujud cinta Allah agar kita makin meningkatkan ketakwaan, atau berwujud peringatan Allah agar kembali ke jalan Allah dan mendekat kepada-Nya. atau berwujud hadiah dari Allah agar kita bersyukur dan memuji kemurahan Allah. Jangan sampai itu berwujud azab Allah karena kita telah durhaka kepada Allah, naudzubilah.

Semoga kita selalu membersihkan hati dari dosa-dosa yang kita perbuat. Agar kita bisa peka dengan kehendak Allah yang selalu terbaik untuk kita. Amin...

www.eramuslim.com

Mari Berkomunitas Di Faceblog

0 komentar

Bismillaahirrahmaanirrhiim, sahabat semua, blogging merupakan kegiatan rutin yang pastinya suka dilkaukan oleh para blogger, sebagai pengisi waktu setelah melakukan aktifitas sehari-hari, ataupun selangan ketika melakukan rutinitas.

Sebagai pemula dalam dunia blogging, blog saya mungkin tidak bisa setenar blogger yang sudah lama berkecimpung dalam dunia blogging.

Namun sebagai pemula, aktifitas blogging ini merupakan pekerjaan yang mengasyikkan karena minimal bisa belajar dan berbagi dengan sesama. Paling tidak bisa menambah kenalan dengan beberapa blogger di negeri Indonesia.

Yang harus dilakukan oleh blogger pemula atau blogger newbie
  • Melakukan aktifitas blogwalking yaitu berkunjung ke blog yang dijumpai dan berikan komentar yang membangun.
  • Melakukan tukar link dengan beberapa blog sahabat agar blog yang dimiliki menjadi lebih muncul di layar browser.
  • Yang penting adalah Mari Berkomunitas Di Faceblog
Ada apa dengan kata-kata Mari Berkomunitas Di Faceblog? apakah penting? blogging adalah sebuah aktvitas yang tidak berbeda jauh dibandingkan dengan bisnis. Jika dalam bisnis kita butuh relasi untuk mendukung perkembangan bisnis kita, maka dalam dunia blogging kita  juga membutuhkan teman-teman blogger yang lain untuk mendukung aktivitas blogging kita. Dan biasanya teman tersebut akan kita temukan di komunitas blogger.

Di komunitas blogger kita juga bisa bersilaturahim, berdiskusi tentang apapun termasuk tentang blogging. Banyak sekali permasalahan-permasalahan blogging yang tidak bisa kita atasi sendiri. Mungkin karena keterbatasan waktu untuk browsing ilmu-ilmu baru di internet atau mungkin juga keterbatasan kita dalam hal-hal lain.

Saya sebagai pemula dalam dunia blogging, saya sangat menyadari manfaat bergabung dengan komunitas blogger.

Sebenarnya sangat banyak komunitas blogger yang cakupannya cukup luas. Salah satu Komunitas blogger yang cakupannya cukup luas adalah Komunitas Blogger Indonesia yang beralamat di Faceblog.web.id. Di komunitas blogger yang satu ini anda bisa saling berdiskusi antar sesama blogger, berkirim pesan umum maupun pribadi, berbagi file, gambar, link bahkan video. Untuk anda ketahui juga bahwa Faceblog ini juga bisa diakses dengan menggunakan Handphone, BB dan IPhone.

Saya sebagai pemula sangat menyarankan kepada para blogger untuk bergabung, karena menurut saya sangat banyak manfaat yang dapat di dapatkan disana. Oleh sebab itu, Mari Berkomunitas Di Faceblog.

Demi Waktu

0 komentar

Demi waktu. Demikian Alquran menegaskan pentingnya waktu. Isyarat tertulis seperti tercantum pada surah al-Ashr (QS 103) ini mengingatkan manusia untuk selalu menghitung dan mempertimbangkan waktu. Bahkan, setelah bersumpah demi waktu, Allah kemudian menyatakan bahwa manusia akan rugi, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh. Lebih dari itu, surah ini juga menggarisbawahi posisi orang-orang yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebajikan dan kesabaran. Mereka adalah orang-orang yang suka memperhatikan waktu.

Tanpa membuat prioritas atas pilihan amal yang ditempuh, manusia akan merugi. Amal-amal produktif merupakan representasi kecerdasan manusia dalam memanfaatkan waktu. Setiap jengkal langkah manusia adalah wujud pemanfaatan waktu secara produktif dan bermakna. Jika tidak, kerugian yang akan melilit kehidupan manusia.

Agar tidak merugi, perlu difasilitasi. Saat ini banyak orang yang merugi karena fasilitas hidup yang serbaterbatas. Buruknya infrastruktur jalan yang menghambat proses transportasi, merupakan salah satu faktor yang dapat membuat pengguna jalan mengalami kerugian. Rendahnya mutu sarana belajar siswa, dapat membuang waktu pembelajaran. Dan, banyak lagi kerugian yang diderita masyarakat dan bangsa ini, bila tidak memperhatikan dimensi waktu.

Mari kita menghitung kerugian yang kita lalui setiap hari. Contoh sederhana, berapa ribu jam negeri ini dibuat rugi setiap hari. Misalnya, di satu permukiman terdapat 2.000 rumah dengan penghuni produktif rata-rata satu orang setiap rumah. Masing-masing setiap hari menempuh perjalanan 10 menit lebih lama karena jalan yang dilaluinya rusak berat. Kita harus menerima kerugian waktu sebesar 20 ribu menit pada saat berangkat, ditambah 20 ribu menit pada saat kembali, sehingga sekitar 40 ribu menit hilang setiap hari atau sekitar sejuta menit selama 25 hari kerja dalam sebulan.

Kita akan rugi sekitar 17 ribu jam produktif setiap bulan, atau sekitar 204 ribu jam setiap tahun. Ini baru dari satu permukiman dengan penduduk sekitar 2000 KK. Bayangkan di dua, tiga, empat, atau sepuluh permukiman di suatu kota. Kita akan mengalami kerugian yang berlipat ganda hanya karena infrastruktur jalan rusak berat. Jadi, jika jalan-jalan di kota tidak diperbaiki, kita akan terus-menerus menuai kerugian yang besar setiap hari, bulan, dan tahun. Jadi, dalam konteks seperti ini, siapa sesungguhnya yang menjadi sumber penyebab kerugian bangsa dan negara ini?

Untuk menghindari kerugian yang berlipat setiap hari, perbaikan berbagai sarana dan prasarana kerja seharusnya menjadi prioritas. Jika seorang pemimpin amanah, prioritas program untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat akan menjadi misi penting yang diembannya. Dengan demikian, kerugian akan bisa dihindari.

"Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan orang-orang yang senantiasa saling mengingatkan akan kebajikan dan kesabaran."


www.republika.co.id

Ulat

0 komentar

Seorang gadis cilik tampak asyik bermain di halaman rumah yang penuh bunga. Ada bunga mawar, melati, ros, dan lain-lain. Sesekali, ia pandangi bunga itu satu per satu. “Aih, cantiknya bunga ini!” ucap gadis cilik sambil menyentuh tangkai bunga.

Tapi, ia pun terkejut saat akan memetik bunga yang hampir di genggamannya itu. Seekor ulat bulu begitu asyik menikmat dedaunan di sekitar bunga. Sebegitu lahapnya, sang ulat tak menyadari kalau ia sedang diperhatikan seseorang.

Langkah sang gadis kecil pun menyurut. Ia pun mencari-cari sesuatu untuk menghentikan kerakusan ulat bulu yang bisa merusak bunga kesayangannya itu. “Ha, ada kayu!” ucapnya sambil mengarahkan kayu kecil itu ke tubuh sang ulat. Dan….

“Jangan, sayang! Biarkan sang ulat itu menampakkan kerakusannya!” ucap seseorang yang ternyata ibu gadis itu. Saat itu juga, gadis kecil itu pun menghentikan langkahnya dan merapat ke sang ibu. “Tapi, Bu…” ujarnya sambil menggenggam jari sang ibu.

“Anakku, biarkanlah. Saat ini, kita sedang diajari Tuhan tentang siapa ulat bulu,” jelas sang ibu sambil membelai rambut gadis kecilnya.

“Apa selamanya dia serakus itu, Bu?” sergah sang gadis kecil kemudian.

“Tidak, anakku. Ia serakus itu karena ingin sukses menjadi kupu-kupu yang indah!” jelas sang ibu sambil senyum.

Begitu banyak pelajaran bertebaran dalam dinamika alam raya ini. Ada yang mudah ditafsirkan, dan tidak sedikit yang butuh perenungan.

Serangan ulat bulu seolah memberikan kita sebuah teguran. Bahwa keindahan fisik berupa penampilan, citra, wibawa, dan segala kemegahan jasadiyah lain yang dicita-citakan; semestinya tidak diraih dari menghalalkan segala cara dan penuh kerakusan.

www.eramuslim.com

Hidup Zuhud sang Gubernur

0 komentar

Ilustrasi
Khalifah Umar bin Khattab mengangkat Said bin Amir menjadi gubernur di Provinsi Himash. Ia pun datang menghadap khalifah bersama satu delegasi dari provinsi tersebut. Umar meminta mereka menuliskan daftar fakir miskin dari Himash yang berhak diberi bantuan dari kas negara. Umar heran karena di antara nama yang ditulis terdapat nama Said bin Amir. "Siapa Said bin Amir ini?" tanya Umar. "Gubernur kami," jawab mereka. "Apakah gubernur kalian fakir?" selidik Umar. Mereka membenarkan, "Demi Allah, kami jadi saksi." Umar menangis, kemudian memasukkan seribu dinar ke dalam sebuah kantong dan meminta mereka menyerahkannya kepada sang gubernur.

Menerima sekantong uang berisi seribu dinar, Said langsung membaca: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, seolah satu musibah besar menimpanya. Istri gubernur bertanya: "Apa yang terjadi? Apakah Amirul Mukminin wafat?" "Lebih besar dari itu," jawab Said. "Telah datang dunia kepadaku untuk merusak akhiratku." "Bebaskan dirimu dari malapetaka itu," saran istrinya, tanpa mengetahui bahwa malapetaka itu adalah uang seribu dinar. Said bertanya: "Apakah kamu mau membantuku?" Istrinya mengangguk. Ia meminta istrinya untuk segera membagikan seribu dinar itu untuk fakir miskin, tanpa sisa untuk keluarganya.

Sekian lama berlalu, Umar mengunjungi Said bin Amir. Sudah menjadi kebiasaannya, jika berkunjung ke suatu provinsi, mengadakan dialog terbuka antara masyarakat, gubernur, dan dirinya sendiri. Dialog tersebut bertujuan untuk mengetahui langsung aspirasi masyarakat dan keluhan mereka terhadap pelayanan gubernur. Ada tiga keluhan masyarakat terhadap sang gubernur. Setiap keluhan disampaikan, Umar meminta Said menjawabnya.

Pertama, Said selalu masuk kantor setelah matahari tinggi. Kedua, Said tidak bersedia menerima kedatangan siapa pun menghadapnya pada malam hari. Ketiga, tidak menerima tamu satu hari dalam setiap bulan.

Sebenarnya, Said  malu berterus terang, tetapi untuk menghilangkan salah paham, ia pun rela menjelaskannya secara terbuka. Pertama, keluarganya tidak punya pembantu. Setiap pagi, dirinya membuatkan roti untuk keluarganya sehingga setelah matahari tinggi baru bisa bekerja melayani masyarakat. Kedua, siang hari dia menyediakan waktu melayani masyarakat, tetapi malam hari adalah waktu khususnya untuk Allah SWT. Ketiga, satu hari dalam sebulan dia tidak keluar melayani masyarakat karena hari itu dia harus mencuci pakaiannya. Mendengar penjelasan Said, Umar berkata: "Alhamdulillah, penilaianku tidak salah terhadapmu."

Demikianlah sikap hidup zuhud sang gubernur yang sebenarnya juga tidak jauh dari gaya hidup atasannya sendiri, yaitu Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Semoga kisah yang dapat kita baca dalam buku Al-'Arabiyah li an-Nasyi'in ini dapat menjadi renungan bagi kita semua.

www.republika.co.id

Ketegasan Rasulullah SAW

0 komentar

Suatu ketika di zaman Rasulullah SAW pada masa ‘Fathul Makah’ (pembebasan kota Mekah), ada seorang wanita Quraisy yang mencuri. Wanita tersebut seorang bangsawan dari Bani Makhzum. Mereka bingung dalam memutuskan perkara tersebut.

Dalam perundingan salah seorang dari mereka mengusulkan untuk membicarakannya kepada Usamah. Melalui Usamah mereka berniat untuk memintakan syafa’at atau ampunan dari Rasulullah SAW atas wanita tersebut. Mereka tahu bahwa Usamah adalah salah seorang yang dicintai oleh Rasulullah SAW. Berharap Rasulullah mengabulkan permintaan Usamah.

Ketika Usamah menyampaikan kepada Rasulullah SAW perihal keinginan mereka. Rasulullah SAW menjawab, “Apakah engkau hendak membela seseorang agar terbebas dari hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT?”

Setelah itu Rasulullah SAW berdiri dan berkhutbah, “Wahai manusia sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan. Akan tetapi apabila seorang yang lemah mencuri, mereka jalankan hukuman kepadanya. Demi Dzat yang Muhammad berada dalam genggaman-Nya. Kalau seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri. Niscaya aku akan memotong tangannya.”

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar memotong tangan wanita tersebut. Setelah itu wanita tersebut bertaubat dan menikah. (HR Bukhari Muslim)

Di sini sangat jelas sekali bagaimana ketegasan Rasulullah SAW dalam menjalankan perintah Allah swt. Bagaimana Rasulullah saw bersikap terhadap yang hak dan yang bathil. Rasulullah SAW tidak mengenal istilah kolusi, korupsi dan nepotisme.

Dalam menegakan hukum yang bertujuan tercapainya keadilan serta kemashlatan bersama. Rasulullah SAW tidak pandang bulu, tidak melihat latar belakang. Tidak melihat apakah ia pejabat, atau bangsawan. Orang yang dekat dan dicintai Rasulullah saw tidak menjadi jaminan untuk lolos dari hukuman.

Fatimah binti Muhammad, putri tercinta Rasulullah SAW pun tak luput dari hukuman jikalau ia mencuri. Bahkan beliau sendiri yang akan menghukumnya. Terlihat bagiamana Rasulullah SAW bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.

Kekuasaan, kemuliaan, dan keutamaan pada dirinya tidak digunakan secara semena-mena. Beliau tidak melebihkan satu dengan yang lainnya jika sudah memasuki ranah hukum. Termasuk darah dagingnya sendiri yang beliau cintai.

Inilah sosok pemimpin sejati dan profesional; mempunyai sikap tegas dalam memutuskan suatu perkara. Bukan saja istikaomah serta memegang teguh aturan-aturan Illahi.

Rasulullah SAW juga bersikap adil terhadap umatnya.Semoga di kemudian hari kita dapat menemukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan seperti Rasulullah SAW. Wallahu a’lam bish-shawab.

www.republika.co.id

Buah Ukhuwah

0 komentar

Mahasuci Allah, Zat yang telah membersihkan hati untuk menyemai ruh ukhuwah buat hamba-Nya yang merindukan kebersamaan. Terpujilah Dia, Zat yang telah menghadiahi banyak nikmat-Nya kepada kita, sehingga bisa bersama merasakan kenikmatan berukhuwah.

Salah satu di antara tiga unsur kekuatan  yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah adalah kekuatan ukhuwah; di samping kekuatan iman dan kekuatan qudwah, keteladanan. Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah SAW membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam di atas muka dunia kurang dari setengah abad.

Satu hal yang pasti, di antara ranah kebahagiaan dan ke-izzah-an Islam bisa kembali kita jejaki ketika hidup dengan jalinan ukhuwah yang mampu menepikan riak kebencian dan perselisihan. Dan ranah ini bisa didapat setelah berupaya saling mengenal. "Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan." (HR Muslim).

Namun, satu peristiwa perkenalan belum cukup. Butuh interaksi secara alamiah. Setelah itu, waktu dan kualitas pertemuanlah yang menentukan. Apakah perkenalan berlanjut pada persaudaraan. Atau sebaliknya. Dan keinginan kuat untuk bersaudara mesti diutamakan dari sekadar kenal. Terlebih persaudaraan karena iman dan takwa (baca QS al-Hujurat [49] ayat 13).

Proses mengenal adalah sebuah tahapan, bukan sesuatu yang akhir. Karena kehidupan adalah arus besar yang terus bergerak, berubah, dan berganti. Termasuk pada sikap dan karakter. Boleh jadi, seseorang bisa terheran-heran dengan perubahan teman lama yang pernah ia kenal. Karena ada yang beda dengan fisik, sikap, karakter, bahkan keyakinan.

Perubahan-perubahan itulah yang mengharuskan seorang mukmin senantiasa menghidupkan nasihat. Mukmin yang baik tidak cukup hanya mampu memberi nasihat. Tapi, juga siap menerima nasihat. Dari nasihat inilah, hal-hal buruk yang baru muncul dari seorang teman bisa terluruskan (baca QS al-'Ashr [103] : 1-3).

Berburuk sangka memang tidak dibenarkan. Tapi, ketika faktanya demikian dan bahkan sudah juga dinasihati,  kewaspadaan mungkin jadi pilihan. Karena tidak tertutup kemungkinan, keburukan bisa menular. Paling tidak, agar tidak kecipratan bau busuk temannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Kawan pendamping yang saleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya." (HR Bukhari).

Waspada tidak berarti memutus pertemanan. Apalagi menyebar hawa permusuhan dan kebencian. Karena boleh jadi, sifat buruk bisa berubah baik. Sebagaimana, baik menjadi buruk. Kontribusi sebagai seorang teman mesti terus mengalir. Paling tidak, dalam bentuk doa.

Ada beberapa buah berukhuwah yang bisa kita nikmati. Pertama, ta'aruf; saling mengenal. Kedua, tahaabub, saling cinta. Ketiga, tafaahum,  saling memahami. Keempat, tanaashuh, saling menasehti. Kelima, takaarum, saling menghormati. Keenam, ta'awun, saling menolong. Ketujuh,  tahaadu, saling memberi hadiah. Kedelapan, tadaa'u, saling mendoakan. Kesembilan, tahafudz, saling menjaga nama dan kehormatan saudara dan tidak saling menjatuhkan. Kesepuluh, tazaawur, saling mengunjungi; dan kesebelas, tasholuh, saling mendamaikan. (baca QS 9: 71, 183: 3, 90: 17, 5: 2, 49: 10, 49: 13).

www.republika.co.id

Menjadi Pribadi Luar Biasa, Tak Perlu Sama

0 komentar

“Akhwat kok ngebut ?!” begitulah komentar seorang ikhwan, saat melihat seorang perempuan berkerudung lebar melintas dengan cepat, mendahului laju motornya.

Ada juga yang berkomentar, “Kok yang jadi pembicara akhwat ya? Pesertanya kan ada ikhwan juga ....” sela seorang peserta training kepemimpinan ketika mendapati situasi yang berbeda dari yang biasa dialaminya.

Sempat pula kudengar seorang adik tingkat berkata, "Mbk, si A itu kok kalem banget sih … kan jadi terlihat lemah gitu di hadapan ikhwan…" Dan komentar lainnya. Bingung mendengar komentar-komentar itu ?

Mungkin saja kita jadi bingung bila mendengar komentar-komentar seperti itu. Ya, suatu sudut pandang yang berbeda dalam menilai sesuatu. Apalagi jika bersangkutan dengan yang namanya “akhwat”. Wanita yang berusaha menjalankan aturan sesuai syariat, tak jarang mendapat komentar dari kanan-kirinya.

Bagi sebagian besar orang, yang namanya akhwat itu harus identik dengan sifat lembut, kalem, tidak bicara kasar, menjaga sopan santun, dan lain sebagainya. Kalau mengenai ikhwan … ya, seorang yang identik dengan sifat tegas, pandai orasi, berwibawa, dan lain-lain. Pantas saja kalau sebagian orang terheran-heran ketika ada seorang akhwat yang punya sifat “nyentrik", dan menjadi kaget melihat ikhwan yang punya sifat lemah lembut.

Ingatkah kita kisah teladan dari Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka adalah sosok yang mengagumkan. Bahkan 10 diantaranya dijamin masuk surga. Ada juga empat pemimpin kaum Hawa di Jannah-Nya kelak, mereka berasal dari negeri yang berbeda-beda, dengan adat/kebiasaan yang berbeda, dengan sifat yang berbeda pula.

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling lembut terhadap istri dan anak-anaknya, sangat sopan terhadap para sahabat/shobiyahnya. Bahkan pada seorang kafir buta yang sudah tua. Seiap hari beliau menyuapi orang kafir yang buta ini, sampai beliau wafat. Saat Abu Bakar menggantikannya untuk menyuapi orang buta itu, ia bisa dengan mudah membedakannya. Tapi, Rasulullah SAW adalah orang pertama yang “tidak terima” saat kaum kafir memusuhi Islam. Sikapnya begitu tegas dan keras saat musuh-musuh Islam itu merajalela.

Ingatkah engkau dengan sosok Abu Bakar? Sosok ikhwan yang sangat menjaga kesopanan, lemah lembut terhadap sesamanya. Dari segi fisik, beliau adalah seorang yang bertubuh kurus, sampai celananyapun sering kedodoran. Walau beliau banyak harta, tapi tak menghalanginya untuk menjauhkan lambung dari tempat tidurnya.

Beda lagi dengan Umar bin Khatab. Secara fisik, sosoknya tinggi besar, kekar, dan besar. Sifatnya sangat tegas. Tapi tak jarang beliau ditemukan dalam keadaan menangis tersedu dalam salat, bahkan sampai pingsa. Sosok yang selalu ingin bersaing dengan Abu Bakar ini, tak jenuh menanyakan pada Rasulullah SAW tentang apa-apa yang bisa membuatnya lebih dekat dengan Allah SWT.

Ustman bin Affan, seorang ikhwan hartawan yang sangat pemalu, bahkan malaikat pun malu pada beliau. Tak enggan memberikan harta di jalan Allah, itulah karakteristiknya.

Lain lagi dengan Ali bin Abi Thalib. Beliau seorang pemuda yang sangat bersahaja. Pemuda pertama yang memeluk agama Islam. Pemuda yang sangat menjaga hati terhadap lawan jenisnya, saampai Allah ‘menghadiahkan’ sosok lembut Fatimah binti Muhammad sebagai pendamping hidupnya. Walau keduanya sudah "ada rasa" sebelumnya, tapi mereka berusaha untuk tidak mengekspresikan sebelum saatnya tiba. Subhanallah ....

Ummahatul Mukminin, para wanita yang mendapat kehormatan mendampingi Rasulullah SAW, wanita dengan karakter luar biasa. Mereka semua memiliki karakter berbeda-beda dan memiliki keunggulannya masing-masing. Semua punya keunggulan amal, punya akhlak mulia yang luar biasa.

Siti Khadijah, sosok keibuan yang tiada bandingnya di hati Rasulullah SAW. Bahkan Rasul-pun sering menyebut namanya walau beliau sudah tiada hingga Aisyah cemburu dibuatnya. Khadijah adalah sosok penuh pesona, walaupun beliau seorang janda, seorang hartawan dan bangsawan, tapi tak membuatnya bimbang untuk menyerahkannya demi ke-muntijah-an Islam.

Aisyah adalah osok wanita dengan kedalaman ilmu yang sangat luar biasa. Bahkan seorang sahabat berkata, "Kalau ilmu Aisyah ditukar dengan ilmu para wanita di dunia, niscaya tidak sebanding dengannya. Hafalan hadisnya tidak perlu diragukan, kepandaiannya dalam ilmu kedokteran dan sastra, tidak perlu disangkal.

Hafshah binti Umar adalah seorang pemelihara al-Quran. Ummu Salamah dalah istri Rasulullah SAW yang pertama masuk Madinah. Ummu Habibah adalah mukminah yang amat setia terhadap agamanya. Juwairiyah binti Al-Harist adalah wanita pembawa berkah besar bagi kaumnya.

Para shohabiyah-pun tak perlu diragukan lagi. Asma’ binti Abu Bakar ialah Sang pemilik dua ikat pinggang. Ummu Khultsum binti Ali ialah bidan muslimah pertama. Sumayyah binti Khayyath ialah Syahidah pertama dalam Islam. Ummu ‘Umarah ialah prajurit mukminah.

Dan masih banyak lagi ...

Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan kita ? Silakan memilih teladan yang paling dikagumi, karakter yang paling sesuai diterapkan dengan diri pribadi. Jangan sampai tidak memilih sama sekali, begitu sindiran seorang ustadz.

Kawan, sekali lagi, mencontoh bukan berarti harus sama, kita tetap bisa menjadi diri sendiri, tinggal mengoptimalkan untuk berjuang meraih ridha-Nya. Sungguh, masing-masing dari kita pasti memiliki kecenderungan yang berbeda, punya sifat yang tidak sama, punya amal unggulan yang berbeda, asalkan tidak melanggar syariat-Nya.

Malu rasanya diri ini mengingat pribadi-pribadi yang luar biasa, yang saya sebutkan di atas. Ada teman yang sangat mendahulukan salat di awal waktu dengan berjamaah, ada yang senang membangunkan teman kos untuk salat malam, mengirim SMS tausiyah berkesinambungan, puasa senin-kamis yang selalu dilaksanakan, hafalan Quran yang sungguh mengagumkan, karakter yang sangat pandai menyemangati para stafnya, sosok tak kenal lelah yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, salat Dhuha yang tak pernah ditinggalkannya. Ada akhwat yang sangat sopan dalam berkata-kata, ada pula yang dengan semangat mengutarakan ide gagasannya. Ada ikhwan yang sangat tegas walau dalam keadaan bercanda, ada pula yang sangat sopan dan menjaga tata krama.

Semua karakter itu, semua sifat itu, adalah anugerah dari Allah untuk kita. Seorang yang pandai berorasi, sangat tepat ditempatkan di barisan terdepan saat aksi. Seorang yang pandai dalam interpreneur, sangat diperlukan dalam menyokong dana. Seorang konseptor, sangat diperlukan utk menyumbangkan ide dan gagasannya demi kegiatan yang tepat sasaran. Seorang yang ahli dalam kerja-kerja teknis, sangat diperlukan untuk merealisasikan konsep yang cemerlang. Seorang yang ‘pelit’, sangat cocok ditempatkan pada posisi bendahara. Seorang yang senang shopping dan wisata kuliner, pasti tepat ditempatkan di bagian konsumsi. Seorang yang hobi berpetualang, akan cocok untuk menentukan tempat yang tepat untuk sebuah kegiatan. Bahkan, seorang yang suka kebut-kebutan, akan sangat diperlukan untuk menjemput pembicara.

Dari sisi kelemahan, selalu ada sisi kebaikan. Maka, dalam barisan kebaikan ini, tiada yang sia-sia. Allah Swt. menciptakan semua perbedaan itu agar kita saling menguatkan. Bukankah sebuah taman akan tampak lebih indah dengan bunga-bunga dan kupu-kupu yang berbeda-beda warnanya?


Sumber : http://www.eramuslim.com

Sisi Romantis Rasulullah SAW

0 komentar

Syariat Islam diturunkan melalui tangan Muhammad SAW. Bukanlah malaikat, melainkan beliau seorang manusia biasa seperti kita.  “Katakanlah, Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. ( QS Al Kahfi [18] : 110).

Dengan tuntunan wahyu tersebut Rasulullah SAW dinobatkan oleh Allah SWT sebagai suri tauladan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab [33] : 21).

Oleh karenanya dalam segala aspek kehidupan Rasullah saw menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk dalam masalah rumah tangga.

Layaknya manusia biasa Rasulullah SAW mempunyai sisi romantis. Beliau sangat pandai dan baik dalam memperlakukan istri-istrinya.

Di antara sisi romantis Rasulullah saw, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).

Hal ini menunjukan bagaimana Rasulullah SAW mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Hadis ini juga memperlihatkan tentang kelembutan Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri-istrinya.

Rasulullah SAW pun senang memanjakan istrinya. Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah saw dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.

Dalam memperlakukan istri-istrinya Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah saw mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian.

'Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAWpernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu." (HR Bukhari Muslim).

Bayangkahlah! Muhammad  adalah seorang nabi dan rasul. Manusia yang derajatnya ditinggikan Allah SWT. Beliau juga seorang pemimpin umat. Namun tak segan mengerjakan perkerjaan rumah yang biasa dikerjakan oleh perempuan; mencuci baju.

Bukan hanya itu, saat itu  masyarakat menganggap perempuan kelas kedua. Bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai suatu aib. Dan perempuan dianggap najis ketika haid, seperti yang diyakini orang Yahudi. Sehingga tidak berkenan makan bersama dengan wanita haid.

Rasulullah SAW mengajarkan untuk memperlakukan dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika nabi Muhammad SAW tidak sungkan mandi dari sisa air  istrinya. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa nabi saw pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Semua hal yang dilakukan oleh Rasulullah menunjukan bahwa Rasulullah sangat memahami psikis dan perasaan wanita. Rasulullah SAW pun menghargai persamaan. Wallahu ‘alam bi showwab.

www.republika.co.id

Latihan Pascal

0 komentar

Bismillah, kali ini kita akan mengenal apa itu perbedaan (write,writeln,read,dan readln). oke sekarang kita coba coba saja dahulu, kita akan mengimplementasikannya dari pembahasan variabel-variabel yang sudah diposting. sekarang buka dulu software pascal yang ada di PC/laptop anda.




Sekarang anda coba source code di bawah ini


program standar;
uses crt;
begin
write('coba coba coba');
write('coba coba coba');
write('coba coba coba');
end.


lalu jalankan (Ctrl+F9), maka output akan menjadi coba coba coba coba coba coba coba coba coba dengan memanjang meskipun kita meng enter nya, berbeda halnya jika kita memakai yang ini


program standar;
uses crt;
begin
writeln('coba coba coba');
writeln('coba coba coba');
writeln('coba coba coba');
end.


maka kalimat coba coba coba akan terbentuk 3 baris kebawah 

jadi kesimpulannya jika kita memakai write saja tidak akan pindah baris dan writeln memungkinkan kita untuk berpindah baris dan sebagai tambahan jika kita mengetikan writeln; saja itu sama saja dengan enter.

nah sekarang kita akan menginputkan dengan read readln itu
buat kaya gini


program standar;

uses crt;

var nama,alamat :string;

begin

write('whats your name?');readln(nama);

write('dimana rumahmu?');readln(alamat);

clrscr;

writeln('nama saya ',nama);

writeln('saya tinggal di ',alamat);

end.


sudah di compile dan di run kah? 

readln disana memerintahkan kita untuk menginputkan karakter dalam keyboard yang kemudian akan ditampung di variabel nama & alamat dengan type data string.

perbedaan read dan readln nya adalah jika kita memakai read saja sama seperti write, ia tidak akan pindah baris dan apabila kita memakai readln maka akan pindah baris.

Menata Emosi

0 komentar

Dalam sebuah peperangan, suatu ketika Khalifah Ali ra berhasil membuat salah satu musuh terjengkang. Saat itu beliau sudah siap menghunus pedangnya untuk memenggal musuhnya. Namun, tiba-tiba sang musuh meludahi wajah Ali ra. Tanpa disangka, beliau tidak jadi membunuh musuh itu, dan pergi begitu saja. Sang musuh menjadi heran dan bertanya-tanya, "Wahai Ali, mengapa engkau tidak membunuhku?" Ali kemudian menjawab, "Aku takut membunuhmu bukan karena Allah, melainkan karena ludahmu yang membuatku marah."

Subhanallah, dengan segala kuasa-Nya, Ali ra memutuskan mengelola emosi negatif dengan berpikir jernih mengenai sebab dan akibat timbulnya rasa marah yang membara.

Menurut penulis buku Psychology of Adjustment, Eastwood Atwater, mengartikan emosi sebagai suatu kondisi kesadaran yang kompleks, mencakup sensasi di dalam diri dan ekspresi ke luar yang memiliki kekuatan memotivasi untuk bertindak.  Emosi terdiri atas emosi positif dan emosi negatif. Gembira, heran, dan takjub adalah bagian dari emosi negatif. Sedangkan marah, benci, ngeri, sedih adalah bagian dari emosi negatif.

Emosi negatif kadang kala menyergap di saat amarah tak tertahan meliputi dengan ganas. Bila hawa amarah telanjur menguasai, maka bersiaplah menghadapi kehancuran diri. Nafsu amarah yang tak terkendali dapat membutakan segala perilaku menjadi di luar ambang batas kenormalan. Sehingga, yang tampak adalah sisi lain kepribadian yang bisa saja menjatuhkan kredibilitas dan martabat seseorang.

Tidak sedikit para petinggi negara jatuh seketika akibat kelalaiannya dalam menata emosi. Bahkan, banyak pula para tokoh budiman yang awalnya disegani menjadi dibenci karena sering lupa menata emosi. Setelah terpuruk, baru menyesal atas segala peristiwa yang telah terjadi.

Padahal, Allah SWT memberikan jaminan yang baik di surga bagi orang yang dapat mengendalikan amarah. Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang jika seseorang melakukannya, Allah akan menempatkannya di dalam naungan-Nya, mencurahkan rahmat-Nya, dan memasukkannya ke dalam surga-Nya, yaitu jika diberi rezeki ia bersyukur, jika mampu membalas, ia bisa memberi maaf dan jika marah ia bisa menahannya.”

“Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah SWT kecuali akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.” (HR Abu Dawud dengan sanad Hasan).

Amarah adalah salah satu emosi negatif yang perlu diwaspadai, maka dibutuhkan pengendalian diri agar emosi dapat dikelola dengan baik sehingga amarah tidak menjalar merasuki.

Emosi yang tidak terkendali adalah media ampuh bagi setan untuk mengendalikan manusia. Sesungguhnya marah digerakkan oleh setan yang terbuat dari api dan api dipadamkan oleh air. Siapa pun yang sedang marah, segera berwudhu. Wallahu a'lam bishshawab.

sumber : www.republika.co.id

Ulat Bulu, Malu Sama Allah

0 komentar

Apa yang sesungguhnya terjadi di negeri ini? Jutaan ulat bulu, semakin tidak terkendali bahkan ulat bulu kini muncul dengan jenis yang berbeda, tentu jenis lain yang lebih gatal, jika terkena bulunya tak cukup satu hari waktu yang diperlukan untuk penyembuhan. Setelah, sejumlah daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta dan Bali, ulat bulu sudah menjalar ke kepulauan Nusa Tenggara.

Sebab bencana tentu ada penyebabnya, para ahli menilai ulat bulu merajalela karena ekosistem yang terganggu. Pemangsa ulat bulu seperti burung dan semut rangrang (oecophylla smaragdigna) jumlahnya semakin terbatas dan di beberapa daerah penghasil komoditi pertanian semut rangrang sudah punah.

Semut rangrang kerap dijumpai di antara pepohonan, namun oleh para petani semut ini dimusnakah habibatnya karena dianggap mengganggu, apalagi semakin maraknya penggunaan pestisida yang dianggap efektif dan memangkas biaya produksi, tapi sesunggunya merusak ekosistem.

Tentu, jika kita melihat lebih dalam, pembukaan hutan yang diganti dengan tanaman homogen, menyebabkan kondisi alam yang tidak seimbang. Apalagi perubahan paradigma, negeri ini yang dulunya dikenal dengan negeri agraris telah berubah menjadi bangsa yang konsumtif. Sebagian produk yang beredar di pasaran dengan dominasi barang impor yang jauh lebih murah, membuat petani menguras pikiran dan tenaga supaya hasil taninya dapat bersaing dengan harga pasar dengan cost yang lebih rendah.

Siapa yang mesti disalahkan?

Kita kembali kepada penyelenggara negara. Sistem demokrasi yang kita anut, proses perubahan dari orde baru ke orde reformasi sedikit banyak memberikan pelajaran menuju kedewasaan berpolitik. Masing-masing pihak tidak mau ketinggalan untuk merebut kekuasaan, menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, tetapi sendi-sendi dasar yang seharusnya menjadi prioritas, karena menyangkut kepentingan bangsa diabaikan.

Kebijakan menyangkut pertanian, dalam sejarahnya negeri kita adalah penghasil komunditi yang sudah berlangsung ribuan tahun. Tentu ada kebiasaan dan kebudayaan di sana yang senantiasa harus dipelihara, tak boleh perubahan sistem politik mengubah kebijakan pertanian apalagi sampai kepada pemangkasan anggaran untuk sektor lain yang dianggap lebih prioritas.


Lalu Bagaimana?

Harusnya kita malu sama Allah SWT dan senantiasa bersyukur dan meninggikan kalimat - Nya, bumi yang tengah kita pijak yang tercinta ini. Negeri ini begitu kaya, semua yang kita inginkan nyaris ada. Dengan dua musim, tapi dua musim ini tak membuat kita bersyukur dan justru malah terlena. Jika di negara lain seperti Eropa dengan empat musim, mereka selalu bersiap diri menghadapi setiap pergantian musim dengan berbagai perbekalan, dan tak membuat mereka mengeluh.

Lalu, adakah kita berpikir menyiapkan dampak apa yang terjadi jika ekosistem yang terganggu? Serangan ulat bulu, jika pemangsanya punah. Bencana alam, banjir, longsor, jika wilayah tadah hujannya dibabat.

Ya Allah ampunilah kami, karena telah berbuat kerusakan di muka bumi. Semoga negeri ini kembali menemukan kejayaannya dan terhindar dari musibah dan kerusakan. Amien

sumber : http://www.eramuslim.com/

Tipe Data dalam Pascal

0 komentar

Bismillah, sekarang saya ingin sharing lagi ilmu pascal, sekarang saya mau melanjutkan dengan tentang tipe data dalam pascal, dalam ada dua tipe data yaitu tipe data standar dan bentukan.

dalam tipe dasar ada yang dinamakan tipe bilangan bulat,tipe riil,tipe karakter,tipe string dan tipe logika :



Tipe Data Standar

1. Tipe Bilangan Bulat

Bilangan BulatJangkauan
Byte0 s/d 255
ShortInt128 s/d 127
Integer-32768 s/d 32767
word0 s/d 65535
Longint-2147483648 s/d 2147483647


2. Tipe Bilangan Real

Bilangan BulatJangkauan
Pecahansemua nilai pecahan dari 1E-38 sampai 1E+38
Real4 1.5 x 10E-45 .. 3.4 x 10E38 7-8
Single8 5.0 x 10E-324 .. 1.7 x 10E308 15-16
Double8 5.0 x 10E-324 .. 1.7 x 10E308 15-16
Extended10 1.9 x 10E-4951 .. 1.1 x 10E4932 19-20
Comp10 1.9 x 10E-4951 .. 1.1 x 10E4932 19-20


NB:
Bilangan yang menggunakan notasi ‘E’ atau ‘e’ didepan suatu bilangan diikuti dengan eksponen (pangkat0 dalah bilangan Enenering, dibaca dengan 10 kali pangkat tersebut.
Contoh
5E+2 artinya 5 x 10 pangkat 2
5e2 artinya 5 X 10 pangkat 2
5E-2 artinya 5 x 10 pangkat 2
18.25e+6 artinya 18.25 x 10 pangkat 6

3.Tipe Karakter
Nilai data karakter berupa sebuah karakter yang ditulis diantara tanda petik tunggal, seperti misalnya ‘A’, ‘a’, ‘!’, ‘%’, ‘5’ dan sebagainya.Penggunaan variabel ini menggunakan deklarasi tipe Char

4.Tipe String
Merupakan kumpulan dari tipe data karakter yang terletak diantara tanda petik tunggal. Dalam penyimpanannya fariabel memori dengan tipe string akan menempati memori sebesar banyaknya karakter string ditambah 1 byte. Harga default tipe string adalah 255, sehingga bila kita tidak mendeklarasikan besarnya akan diberi lebar 255.

5.Tipe Logika (boolean)
Tipe data boolean adalah tipe data yang hanya mempunyai 2 alternatif nilai yaitu True (Benar) atau False (Salah).

Kumpulan Program Pascal

0 komentar



Bismillah, sahabat blogger saya ingin sharing source code pascal ini dia :


program hallo;
begin
writeln('Hallo, SELAMAT DATANG!!!');
write('Anda sedang menggunakan pascal');
readln;
end.

program penjumlahan ;
uses
    crt;
begin
    clrscr;
    writeln('Penjumlahan dua bilangan');
    write('6+4');
    write('=');
    write(6+4);
    readln;
end.

program tulis_alamat;
begin
    writeln('Teknik Informatika');
    write('Fakultas Teknik');
    writeln('Universitas Siliwangi');
    writeln;
    write('Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya');
    readln;
end.

program bintang;
begin
writeln('      *');
writeln('    * * *');
writeln('  * * * * *');
writeln('* * * * * * *');
readln;
end.

program identitas_mhs;
begin
write('Nama : ');
writeln('Dadang');
write('NPM : ');
writeln('107006000');
write('Kelas : ');
writeln('1 A');
readln;
end.

program hitung;
uses
crt;
begin
clrscr;
writeln('***Program Hitung***');
writeln('====================');
write('    120+12');
write('=');
writeln(120+12);
write('    120-12');
write('=');
writeln(120-12);
write('    120x12');
write('=');
writeln(120*12);
write('    120/12');
write('=');
write(120/12:0:2);
readln;
end.

Statis Scroll to Top dengan jQuery

0 komentar

Scroll to Top jika diterjemahkan secara bebas berarti gulung atau geser ke atas. Sebenarnya kita bisa saja menggulung halaman blog keatas melalui scroll bar pada browser yang biasanya terletak disebelah sisi kanan halaman blog. Tetapi jika halaman blog/artikel tersebut panjang maka ini cukup merepotkan pembaca blog kita ketika mereka ingin kembali ke bagian atas halaman, dengan tambahan fasilitas Statis Scroll to Top membuat proses scroll menjadi mudah, pembaca blog cukup dengan meng-klik satu kali tombol scroll yang selalu dalam posisi tetap (statis) maka halaman akan di geser/di gulung keatas dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Statis Scroll to Top pada dasarnya adalah tag anchor yang pernah dibahas pada artikel "Memahami Tag Anchor", kemudian dilengkapi dengan jQuery membuat proses scroll itu menjadi halus, pergeseran halaman dari bawah menuju keatas awalnya cepat kemudian perlahan-lahan kecepatan menurun sampai berhenti pada bagian atas halaman.

Memasang Statis Scroll to Top dengan jQuery (Static Scroll to Top with jQuery)
Langkah 1
Login ke Blogger
Langkah 2
Masuk ke "Tata Letak - Edit HTML"
Langkah 3
Klik "Expand Template Widget"
Langkah 4
Cari kode dibawah ini:

]]></b:skin>

Langkah 5
Masukan (copy paste) kode css dibawah ini diatas kode pada langkah 4:

#kaluhur{
right:20px;
bottom:20px;
position: fixed;
}

Langkah 6
Cari kode dibawah ini:

</head>

Langkah 7
Masukan (copy paste) kode JavaScript jQuery dibawah ini diatas kode pada langkah 6:

<script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.2.6/jquery.min.js' type='text/javascript'/>
<script type='text/javascript'>
//<![CDATA[
$(document).ready(function(){
 $('a[href*=#luhur]').click(function() {
  if (location.pathname.replace(/^\//,'') == this.pathname.replace(/^\//,'')
  && location.hostname == this.hostname) {
   var $target = $(this.hash);
   $target = $target.length && $target || $('[name=' + this.hash.slice(1) +']');
   if ($target.length) {
    var targetOffset = $target.offset().top;
    $('html,body').animate({scrollTop: targetOffset}, 1000);
    return false;
   }
  }
 });
});
//]]>
</script>


Langkah 8
Cari kode dibawah ini:

<body>


Langkah 9
Tambahkan kode id="luhur" pada kode langkah 8 sehingga menjadi seperti dibawah ini:

<body id="luhur">


Langkah 10
Cari kode dibawah ini:

</body>


Langkah 11
Masukan (copy paste) kode dibawah ini diatas kode pada langkah 10:

<div id='kaluhur'>
<a href='#luhur' title='Luhur'><img src='http://lh6.ggpht.com/_xcD4JK_dIjU/S4QCfI_V6LI/AAAAAAAAD1A/JK107RTwhiw/d/kaluhur.gif'/></a>
</div>


Langkah 12
Simpan template dan preview blog...

Keterangan:

Perhatikan langkah 5! Ubah kode css sesuai keinginan anda; right=kanan; bottom=bawah; ini berarti tombol berada disisi kanan bawah; jika ingin berada di sebelah kiri bawah ubah "right" menjadi "left" (tanpa tanda kutip).
Perhatikan langkah 11! Ubah url gambar (http://URL/kaluhur.gif) jika anda akan menggunakan gambar milik anda sendiri.

Sumber : http://modification-blog.blogspot.com/

Istana sang Khalifah

0 komentar

Seorang utusan Romawi tengah mencari istana Khalifah Umar bin Khattab untuk sebuah urusan. Setelah beberapa saat tak menemukan istana tersebut, ia akhirnya bertanya kepada orang-orang. Saat ia menanyakan di mana istananya, mereka menjawab: "Ia tidak punya istana." Lalu, ia bertanya di mana bentengnya. "Tidak ada," jawab mereka.

Kemudian, mereka menunjukkan rumah Sang Khalifah yang terlihat seperti rumah kaum tak berpunya. Lantas, ia mendatanginya dan menanyakan keberadaan Amirul Mukminin. Alangkah terkejutnya ia saat mendengar jawaban dari keluarga Umar: "Itu dia di sana sedang tertidur di bawah pohon."

Tentu bukan tanpa alasan bagi seorang dengan gelar Amirul Mukminin (pemimpin kaum Mukmin) yang kekuasaannya terbentang dari Mesir sampai Irak untuk memilih sebatang pohon sebagai istananya.

Selain agar rakyat dapat dengan mudah menemui dan mengadu padanya, juga karena ia mempelajari hal itu dari Sang Teladan, Nabi Muhammad SAW.

Dahulu, Umar pernah menemui Nabi SAW ketika beliau bangun dari pelepah kurma tempatnya berbaring. Umar melihat guratan pelepah kurma membekas di punggung Nabi SAW. Ia pun menangis. Dengan lembut Nabi SAW bertanya: "Apa yang membuatmu menangis?" Umar menjawab: "Wahai Rasulullah, sungguh Raja Kisra dan Kaisar Romawi dalam keadaan (kafir). Mereka (bergelimang harta), sedang Engkau ialah Utusan Allah (tetapi tidak memiliki apa-apa)." Dengan bijak Nabi SAW bersabda: "Wahai Umar, tidakkah engkau rida jika mereka mendapat dunia dan bagi kita akhirat?" Pelajaran ini tidak pernah dilupakan oleh Umar seumur hidupnya.

Umar bukannya tidak mampu untuk membangun istana atau hidup mewah bak seorang raja. Tetapi, Umar lebih memilih kesederhanaan sebagai perhiasan dirinya.

Bagaimana tidak, ia adalah khalifah yang memperoleh gaji hanya sebatas kebutuhan pokoknya, memakan roti yang hampir mengeras, dan memiliki dua belas tambalan pada pakaian lusuhnya. Ia adalah pemimpin yang bergantian mengendarai keledai bersama budaknya dalam penaklukkan Kota Al-Quds.

Sungguh, Umar telah mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pemimpin tak harus bergelimang fasilitas. Maka, ia pun tidak pernah menuntut berbagai fasilitas untuk tugas kepemimpinannya. Karena ia tahu, fasilitas-fasilitas yang ia nikmati tidak lain hanyalah ujian yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Wallahu 'alam bish shawab.


sumber : www.republika.co.id

Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa

0 komentar

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”

(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)

Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:


Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali


Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

 
Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang
Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya
Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas


Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).


Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.


Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi


Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.


Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.

Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.


Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet


Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.

Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.


Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia




Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.

Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam bisshowab.

Hidup Sederhana

0 komentar

Ilustrasi
Oleh Makmun Nawawi

"Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana." Demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam Ahmad. Hadis ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. Dan, prinsip kesederhaan ini tidak hanya terucap melalui kata-kata tetapi juga mengejawantah dalam laku keseharian beliau.

Ibnu Amir pernah memberikan kesaksian perihal hebatnya kesederhanaan dan ketawadhuan  Rasulullah, di tengah kedudukannya yang luhur di antara umat manusia. "Aku pernah melihat Rasul melempar jumrah dari atas unta tanpa kawalan pasukan, tanpa senjata, dan juga tanpa pengawal."

Menurut Ibnu Amir, Rasul menaiki keledai berpelanakan kain beludru dan dibonceng pula. Sering menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan dari seorang budak, mengesol sandalnya, menambal pakaiannya, dan mengerjakan pekerjaan rumah bersama istri-istrinya.

Pernah suatu ketika, Rasulullah bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian gemetar karena kewibawaan beliau. Melihat hal itu, Muhammad SAW berujar untuk menenangkan laki-laki tersebut, "Tenanglah aku bukanlah seorang raja, namun aku hanyalah anak dari wanita Quraisy yang makan dendeng."

Saat dia berkumpul dan berbaur dengan para sahabatnya, tak tebersit sedikit pun sikap untuk menonjolkan dirinya. Sehingga, manakala ada seorang tamu asing datang ia tak bisa membedakan Rasulullah dengan para sahabatnya. Ini memaksanya bertanya yang mana Rasulullah.

Bayangkan, seorang tokoh publik kelas dunia-akhirat sulit dikenali lantaran kesederhanaan dan ketawadhuannya. Memilih hidup sederhana tidak identik dengan hidup miskin, atau memerosokkannya dalam kemiskinan, sebagaimana tecermin dalam hadis di atas. Sementara itu, di kalangan sahabat kita mengenal Mush'ab bin Umair.

Pemuda ini kaya raya, tampil trendi, dan serbamewah namun ketika tersibghah dengan nilai-nilai Islam, ia menjadi pemuda yang sederhana. Demikian Islam menginspirasi umatnya, yakni sederhana dalam berbagai hal, mulai dari cara berpakaian, bertempat tinggal, berkendaraan, dan sebagainya.

Bukan sebaliknya,  bergaya hidup secara berlebih-lebihan, glamour, boros, dan bermegah-megahan. Allah berfirman, "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (al-A'raf: 31).

Mengapa demikian, karena terbukti gaya hidup mewah, berlebih-lebihan, konsumtif, dan boros, seringkali  menyeret pelakunya untuk melakukan hal apa pun demi memenuhi segenap nafsu dan ambisinya, serta memuaskan gengsinya. Entah dengan cara  korupsi, mencuri, menipu, dan tindakan negatif lainnya. Wallahu a'lam bish-shawab.


sumber : www.republika.co.id

Bekerja dengan Hati

0 komentar

Bekerja adalah bagian dari ibadah. Ilustrasi
Bekerja adalah salah satu aktivitas yang disukai oleh Allah SWT, "Sesungguhnya Allah Taala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal." (HR ad-Dailami). Bahkan, Rasulullah SAW menempatkannya di deretan kegiatan yang wajib dilakukan oleh umatnya, "Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardu (ibadah mahdhah)." (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Bekerja adalah upaya menjemput rezeki Allah SWT. Tujuannya agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan prinsip-prinsip dalam menjemput rezeki. Yakni, yakin bahwa setiap manusia mendapat bagian rezeki; selalu memperbaiki cara-cara dalam menjemput rezeki; bersabar dengan rezeki yang belum kunjung datang; tidak menempuh cara-cara yang menyimpang dari sunatullah.

Dalam proses mencari rezeki, seseorang akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan. Rintangan terberat adalah ketika hati nurani tak lagi disertakan dalam bekerja, dan lebih memilih menuruti hawa nafsu. Ketika nafsu lepas kendali, rasa malu untuk melakukan keburukan tak ada lagi, segala macam cara dihalalkan, norma dan etika tak lagi penting, bahkan iman akan mudah dikorbankan. "Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi adalah 'jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR Bukhari).

Bila kondisi semacam ini terus berlanjut, akan timbul perilaku-perilaku impulsif yang bisa menyeret pada kepribadian yang menyimpang (personality disorder). Tidak ada kecemasan ketika melakukan kejahatan dan seusai berbuat tak tebersit perasaan bersalah (guilty feeling), yang lebih ironis perbuatan jahatnya dianggap sesuatu yang wajar.

Perilaku seperti itu merugikan banyak pihak dan diri sendiri. Tidak saja lahan pekerjaan dan kepercayaan orang lain kepadanya yang terancam lenyap, tapi kerugian yang amat besar telah menantinya yaitu bangkrutnya kekayaan hakiki (hati nurani). Dan, pada saat hati nurani telah mati, tak ada lagi ukuran untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, setiap tindakan cenderung melampaui batas, perbuatan baik dan ketaatan menjadi sesuatu yang remeh, tak sadar bahwa hidup di dunia dalam genggaman Zat Pencipta yang setiap saat siap untuk dicabut, dan lupa bahwa kehidupan dunia menjadi penentu nasib di kehidupan akhirat yang kekal.

Mengelola nafsu menjadi syarat penting dalam bekerja maupun dalam bertindak apa pun. Kejahatan dan keterpurukan selalu terinspirasi oleh nafsu yang liar. Karena pentingnya nafsu untuk dikelola, Abdullah bin Amr bin Ash mengingatkan wasiat Rasulullah SAW, "Tidak beriman seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa."


www.republika.co.id

Bisikan Bijak yang Menyesatkan

0 komentar

Mendengar suara-suara hati, kadangkala tidak mudah bagi kita untuk membedakan mana yang benar-benar kata hati atau bahkan petunjuk dari malaikat, dan mana yang bisikan setan atau suara nafsu yang ditunggangi setan.Memang, secara mudah kita bisa membuat klasifikasi hitam-putih; bisikan untuk melakukan atau meraih sesuatu yang baik adalah bisikan dari malaikat atau hati nurani. Sedang bisikan hati untuk melakukan keburukan, pasti datang dari setan.

Klasifikasi di atas memang tidak salah. Pasalnya,suara-suara hati tidak bernada, yang satu tidak lebih sumbang dari yang lain dan punya wujud yang sama hingga sulit dibedakan siapa yang membisikkan. Kita tidak bisa mengenali siapa pembisiknya kecuali dari motif dan tujuannya. Kalau baik berarti dari hati nurani atau malaikat, kalau jahat berarti setan.

Hanya saja, rasanya setan juga tahu akan hal ini. Kalau cuma melulu membisikkan agar manusia berzina, menjadi sombong dan pelit, trik penyesatan setan akan mudah dikenali. Hati orang beriman akan resisten terhadap bisikan-bisikan semacam itu. Ibarat virus, eksistensi dari virus tersebut sudah terlalu familiar bagi antivirus hingga akan segera di remove (dibuang). Harus ada jebakan, tipuan dan manipulasi. Kalau manusia mengidentifikasi bisikan baik sebagai bisikan hati yang harus dituruti, maka tidak menutup kemungkinan setan akan menjebak manusia dengan bisikan baik. Namun  dibalik itu, sebenarnya manusia sedang digiring secara perlahan menuju kebinasaan.

Coba kita ambil contoh sebagai renungan, saat menerima gaji bulanan yang hanya 500 ribu, tidak mudah bagi seseorang untuk langsung memikirkan infak. Sebab dalam bayangannya, uang tersebut sudah habis dibagi untuk pos-pos pengeluaran yang sudah menunggu sejak awal bulan; makan, listrik, sewa rumah, bulanan sekolah anak dan membayar utang karena kemarin sakit -misalnya.Sebuah bisikan pun muncul, “Andai gajimu 10 juta sebulan, tentu kau bisa banyak berinfak, membantu kegiatan keislaman, menyekolahkan anak yatim, bahkan memberangkatkan haji ayah dan ibu. Karena itu, bekerjalah lebih keras!”

Bersit hati ini, tak sedikitpun mengisyaratkan keburukan. Tidak mungkin berasal dari setan. Benarkah? Belum tentu. Ada kemungkinan ini tipuan setan. Setelah bekerja keras, siang dan malam dan gaji benar-benar menjadi 10 juta, apakah yang akan terjadi adalah meningkatnya jumlah infak menjadi 6 digit, pos pengeluaran bertambah item: bulanan anak yatim, cicilan haji, bantuan bencana, infak pengajian danbuku-buku Islam?

Belum tentu juga. Jika ini jebakan, pasti ada lubang pada ujungnya. Setan akan membuat nilai 10 juta itu menjadi kecil dengan pertanyaan berikut: “Gaji segitu masak iya masih naik motor keluaran tahun 90, bukan mobil? belum bisa nyicil rumah dan masih kontrak? masih makan di warung pinggir jalan dan belum merasakan restoran? Tidak mengajak keluarga refreshing keluar kota setiap bulan? Kalung dileher istri hanya 3 gram dan tangannya dibiarkan rusak gara-gara cucian?Kapan punya pembantu?anak sekolah di sekolah kelas internasional?HP dan laptop masih jadul? Minyak wangi masih bibit murahan?Dan sebagainya.

Setelah gaji menjadi 10 juta, setan akan berusaha untuk memastikan bahwa seseorang akan menjawab, “ Tidak. Wajarkan kalau semua itu harus berganti?” Dandengan jawaban itu, angka 10 juta akan menjadi kecil, bahkan mungkin kurang. Bagaimana dengan draft anggaran infak? Angan akan kembali dibisikkan, andai saja penghasilanmu bisa menambahkan satu saja angka nol dibelakang 10 juta. Begitu seterusnya.

Pada awalnya, bisikan itu memang mengisyaratkan kebaikan. Tapi ketidakjelian hati bisa membuat kita terjebak. Sebenarnya saat itu kita tengah digiring untuk mengejar harta. Dengan motivasi dan tujuan awal yang baik, seakan-akan menjadi jaminan bahwa kita tidak akan mabuk dengan harta. Padahal, Imam Yahya bin Muadz ar Rozi menasehatkan:

“Dunia itu arak setan. Siapa yang dibuat mabuk olehnya, dia tidak akan sadar kecuali setelah berada diantara laskar orang-orang yang sudah mati, membawa sesal menyatu bersama golongan orang yang menyesal.”(Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, ket. Hadits no. 40)

Dan harta adalah salah satu elemen utama dari “dunia” selain wanita dan tahta. Dengannya setan akan menjanjikan dan membuat manusia berjanji, memberi angan dan membuat manusia berangan. Sedang janji dan angan setan hanyalah tipuan. Dan sudah banyak yang mabuk, dan benar-benar tak bisa sadar kecuali setelah pindah rumah ke kuburan.

“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. An Nisa’:120)

Dengan semua ini selayaknya kita waspada. Secerdik inilah jebakan-jebakan setan akan menjerat kita. Seakan-akan kita tengah melakukan atau meraih sesuatu yang baik, tapi hakikatnya kita tengah diseret secara perlahan menuju kehancuran. Bukan berarti kita tidak boleh kaya, hanya saja kita harus waspada karena harta adalah alat utama bagi setan untuk menyesatkan manusia. Artinya saat kita bercita-cita menjadi kaya, atau bahkan sudah mendapatkannya, kita harus sadar bahwa gelas-gelas penuh arak itu tengah mengelilingi kita. Jangan sampai mabuk, karena orang yang mabuk akan mengira  semua yang dilakukannya ketika mabuk sebagai sesuatu yang wajar. A’adzanallah waiyakum,Wallahua’lam bish shawab.

arrisalah.net

Tanda Kiamat, Pengkhianatan diberi Amanat

0 komentar

kiamat
Suatu ketika, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan didengar oleh Abdullah bin Amru, kata beliau:

“Kiamat tidak akan terjadi sampai merajalelanya omongan kasar dan saling umpat, pemutusan tali rahim serta buruknya hubungan antar tetangga, dan sampai pengkhianat diberi amanat sedang yang terpercaya di anggap pengkhianat.”  (HR. Ahmad)

Prediksi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam akan senantiasa terbukti.  Kalau para shahabat dahulu hanya bisa merasakan kekhawatiran akan munculnya tanda-tanda kiamat, saat ini kita ditakdirkan menjadi generasi umat ini yang menyaksikannya. Omongan kasar dan umpatan, pemutusan silaturahmi dan buruknya hubungan dengan tetangga, gambaran nyatanya dapat kita saksikan setiap hari. Omongan kasar  danmesummenjadi bumbu di setiap obrolan, anak bersengketa dengan bapaknya bahkan tega membunuhnya, ibu-ibu membunuh atau membuang bayinya, individualisme yang semakin parah serta hubungan tetangga yang buruk. Tetangga yang semestinya menjadi ‘saudara dekat’, tak jarang malah jadi rival abadi. Tak pernah rukun meski satu Rukun Tetangga (RT). Kini, fenomena-fenomena buruk semacam itu laksana kawah lumpur yang menyemburkan kotoran ke muka bumi, saban hari.

Ditambah tanda yang terakhir, lumpur-lumpur yang menyembur pun kian pekat warnanya dan makin menusuk baunya. Dari semua fenomena akhir zaman yang disebutkan dalam hadits di atas, sepertinya tanda yang terakhir memiliki dampak paling merugikan, tidak hanya bagi yang melakukan, yang tidak tahu apa-apa pun akan merasakan akibatnya.

“Pengkhianat justru diberi amanat”, kalau yang dimaksud sekadar amanat berupa barang titipan, lalu yang dititipi kabur membawa titipan itu, dampak buruknya tidaklah seberapa. Tapi jika amanat yang dimaksud adalah amanat kepemimpinan dan jabatan, apalagi jabatan dalam skup negara tentu akan lain urusannya. Dampak buruknya akan jauh lebih besar dan mengenai banyak orang. Kalau pejabat tidak amanat dan suka korupsi, rakyat yang tidaktahu apa-apa akan merasakan dampaknya berupa terpuruknya perekonomian.

Imam al Qurthubi dalam kitabnya “at Tadzkirah” menjelaskan:

“Apa yang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam beritakan kepada kita dalam bab ini(hadits ini) dan yang lainnya, dari apa yang telah terjadi dan yang akan datang, kebanyakan di antaranya sudah muncul dan merajalela di tengah manusia. Jabatan diembankan kepada orang yang bukan ahlinya hingga jadilah orang-orang yang memimpin justru manusia-manusia rendahan, orang-orang kelas budak dan manusia-manusia bodoh. Mereka menguasai negeri dan kepemerintahan, dengan itu mereka menumpuk harta dan meninggikan gedung-gedung, sebagaimana yang bisa kita saksikan pada zaman ini. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat dan tidak pernah istirahat dari maksiat. Mereka adalah manusia-manusia bisu, tuli dan buta.” (I/726)

Jika pada zaman Imam al Qurthubi saja fenomena ini bisa dirasakan, di zaman ini tentunya jauh lebih nyata wujudnya. Sekarang ini orang begitu mengagungkan demokrasi. Semua orang berhak dan merasa berhak menjadi pemimpin dan pejabat. Kompetensi diri, skill manajemen dan leadership bukanlah syarat penentu terpilihnya seseorang. Lebih-lebih soal apakah mereka adalah orang yang amanah atau tidak, lebih tidak menjadi bahan pertimbangan. Uang dan pengaruhlah yang menjadi juri penentu kemenangan.Yang lebih mampu mencetak banyak pamflet, spanduk, banner, bendera partai, menggelar acara-acara kepartaian dan memberikan sokongan dana, dialah yang berpeluang mendapat kursi jabatan. Atau kalaupun yang menjabat adalah orang yang benar-benar mampu dan bukan yang menyokong dana, kebijakan-kebijakannya pun tidak akan jauh-jauh dari pesanan “orang tua asuh”-nya yang telah mendanai.

Karenanya tidak mengherankan jika setelah menjabat, fokus utamanya bukanlah menunaikan amanah tapi lebih kepada usaha mengembalikan modal yang harus keluar dimasa perjuangan merebut suara. Sekarang, pagelaran drama dengan tema “mengembalikan modal dengan cepat” itu tersaji dalam potongan-potongan berita korupsi, suap dan permainan hukum. Sekian puluh pejabat yang ditangkap karena suap, mata rantai mafia hukum yang menyeret pejabat satu demi satu, korupsi yang dilakukan secara berjamaah dan sistemik membuktikan bahwa mereka adalah “al kha`inun al mu`tamanun” para pengkhianat yang diberi kepercayaan. Selain itu, seperti dikatakan imam al Qurthubi di atas, banyak kegiatan-kegiatan yang tidak penting semisal pembangunan gedung tinggi nan mewah menjadikanpengkhianatan itu kian jelas terpampang diatas lukisan kemiskinan rakyat.

Sebaliknya, “yukhawanul amin” orang-orang yang terpercaya dianggap sebagai pengkhianat. Orang-orang yang jujur dan berusaha amanah, adalah ‘parasit’ dalam sistem yang korup. Perangkap demi perangkap pun akan dipasang guna menjatuhkan mereka dari jabatannya. Apalagi yang berani gembar-gembor menghapus korupsi dan mengambil langkah nyata untuk itu, ancamannya akan lebih besar.

Wallahul musta’an. Inilah realita yang harus kita hadapi. Cukup sulit menjelaskan bagaimana solusi untuk keluar dari masalah ini. Masalah pengkhianatan dalam jabatan bukan problem ringan. Ditambah dengan munculnya berbagai keburukan akhir zaman yang lain, persoalan jadi kian runyam. Ada banyak hal yang harus kita hindari serta waspadai sekaligus menjadi PR bagi kita, dan begitu sedikitnya teman yang bisa menguatkan. Barangkali hanya semangat dan keyakinan untuk tetap menjaga iman serta usaha perbaikan sesuai kemampuanlah yang bisa kita lakukan. Harapannya, kita bisa selamat sampai di penghujung periode hidup yang kita tempuh.Wallahua’lam.

arrisalah.net

Mendahulukan Kewajiban

0 komentar

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS an-Nahl [16]: 97).

Firman Allah SWT di atas menggambarkan secara jelas bahwa Islam adalah ajaran yang mengutamakan dan mendahulukan pelaksanaan dan pemenuhan kewajiban. Barulah kemudian menerima dan mendapatkan haknya sebagai balasan dari amal perbuatannya tersebut. Dan, bukan sebaliknya.

Setiap orang yang melaksanakan kewajiban, cepat atau lambat, baik langsung maupun tidak langsung, pasti akan mendapatkan haknya. Tetapi, tidak setiap orang yang menuntut hak dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Allah SWT berfirman dalam ayat yang lain, yaitu QS an-Najm [53] ayat 39, "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya."
  
Sebagai contoh, sebuah rumah tangga akan menjadi keluarga yang bahagia manakala pasangan suami istri melaksanakan kewajibannya masing-masing dengan baik dan bukan saling menuntut hak. Alquran surah an-Nisa [4] ayat 34 menggambarkan bahwa kewajiban suami dan istri itu ada dua.

Kewajiban suami adalah mendidik, membimbing, mengayomi istri serta anaknya (qowwaamun), dan mencari nafkah untuk kepentingan keluarganya. Sedangkan kewajiban istri yang pertama adalah tunduk dan patuh kepada suaminya atas dasar kepatuhan dan ketundukan pada Allah SWT. Kewajiban kedua, menjaga diri dan kehormatannya serta kehormatan keluarganya.

Seorang pemimpin pun memiliki kewajiban untuk berlaku adil dan berpihak kepada masyarakat dan rakyatnya sehingga masyarakat terlindungi dan tersejahterakan dengan baik. Bukan sebaliknya, hidup dengan fasilitas yang berlebih-lebihan, tetapi tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Kisah kepemimpinan para khalifah setelah wafatnya Rasulullah SAW dan juga Khalifah Umar bin Abdul Azis, mencerminkan bahwa mereka adalah pemimpin yang melaksanakan kewajiban secara maksimal. Mereka sama sekali tidak pernah menuntut haknya sehingga rakyatnya sangat tunduk dan patuh serta merasa bahagia dengan kepemimpinan mereka.

Di tengah-tengah keinginan yang kuat dari setiap orang untuk mendapatkan jabatan, upaya menyadarkan pada tugas dan tanggung jawab jauh lebih penting daripada membicarakan fasilitas-fasilitas tertentu, yang kadang kala tidak berkaitan secara langsung dengan pelaksanaan kewajibannya.

Mudah-mudahan, ini semuanya akan mencerahkan masyarakat bahwa jabatan itu hakikatnya adalah pemenuhan kewajiban dan bukannya penuntutan atau pemberian fasilitas semata-mata. Wallahu a'lam.

www.republika.co.id

Mengangkat Tangan Ketika Berdoa

0 komentar

Bismillahirrahmanirrahiim, sahabat saya ingin sharing artikel atau sebuah pertanyaan dari arrisalah.net, mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan atau bisa menjadikan pertimbangan.

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Apakah termasuk sunnah Nabi mengangkat kedua tangan bagi khotib dan makmum ketika mengamini doa pada khutbah jum’at, bolehkah mengucapkan aminya denga suara yang keras, bersama-sama dan bolehkah menjawab orang yang bersin dengan yarhamukallah ketika khatib sedang berkhutbah?Syukran.

Jawab:

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Di masyru’kan bagi khotib untuk berdoa di akhir khutbahnya dengan cara mengisyaratkan dengan jari telunjuknya saja dan tidak mengangkat kedua tangannya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya :

Dari Umarah bin Ru`aibah radiyallahu ‘anhu bahwa suatu ketika ia melihat Bisyra bin Marwan (penguasa irak) mengangkat kedua tangannya di atas mimbar, maka ia pun berkata; Semoga Allah menjelekkan kedua tangan ini. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak memberikan isyarat dengan tangannya kecuali seperti ini -ia pun memberi isyarat dengan jari telunjuknya-. (HR. Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bekata : dimakruhkan bagi seorang imam untuk mengangkat kedua tangannya ketika berdoa pada khutbah jum’at, karena Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam hanya berisyarat dengan jari telunjuknya.

Adapun makmum yang mendengar doa diakhir khutbah jum’at dimasyru’kan untuk mengamininya dan para ulama tidak berbeda pendapat dalam masalah ini, tetapi ada perbedaan pada tata caranya, apakah lirih (sirr), terdengar (jahr) suara aminnya atau bahkan di batin. Imam Malik dan Imam Ahmad (syarh muntaha al irodat 1/323) berpendapat sirr, imam syafi’i berpendapat terdengar tanpa meninggikan/mengangkat suara dan imam Abu hanifah berpendapat amin di dalam hati. Dan yang kuat pendapatnya –wallahua’lam- adalah mengamini dengan pelan tidak mengangkat suara dengan keras serta tidak bersama-sama dalam mengamininya.(dr.abdullah faqih, fatwa syabakah islamiyah)

Dalam tata cara doa pada khutbah jum’at, makmum tidak disyari’atkan untuk mengangkat kedua tangannya ketika mengamini doa khatib jum’at, karena ketiadaan dalil dan contoh dari sahabat. Kalaulah sahabat pada waktu itu mengangkat tangan tentulah telah ada khabar/hadits akan hal itu.

Tidak disyariatkan pula bagi makmum untuk menjawab orang yang bersin –yang mengucapkan alhamdulillah- dengan jawaban yarhamukallah, karena terdapat hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila kamu berkata kepada temanmu, ‘Diamlah, ‘ pada hari jum’at padahal Imam sedang berkhutbah, maka sungguh telah sia-sialah ibadah Jum’atmu.”(HR. Muslim)

Wallahua’lam bis shawab. (Maraji’ : Irsyadus Salikin ila Akhtoil Mushollin, Mahmud Mashry,  Akhtoul Mushollin, Al Walid Bin Muhammad, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah)

sumber : arrisalah.net

Peringatan, bukan hinaan

0 komentar

“Sepeninggalku, tidak aku tinggalkan fitnah (godaan) yang lebih berbahaya untuk lelaki melebihi wanita.”(Mutafaq ‘alaih) “Wanita itu kurang agamanya.” “Kebanyakan penduduk neraka adalah wanita.” (al Hadits)

Jika dibaca dengan kacamata buram milik orientalis dan kaum liberal, mungkin yang bakal tampak dari petikan hadits di atas adalah “Islam merendahkan kaum perempuan. Hadits-hadits ini mestinya dinonaktifkan dari fungsinya sebagai dalil karena sudah tidak sesuai dengan jaman. Jika tidak, Islam bisa tercoreng namanya karena masih saja mendeskreditkan perempuan, padahal di zaman sekarang persamaan gender telah menjadi tuntutan.”

Tapi kacamata seorang muslimah, wanita yang berserah diri kepada syariat-Nya, tentunya tidak demikian. Imannya akan membuat lensanya lebih jernih dalam membaca dan menyelami isi dari setiap kata yang disabdakan utusan-Nya, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Pandangannya akan lebih dalam menembus sampai ke dasar hikmah. Ada ‘material’ husnudzan, rasa berserah diri dan keyakinan bahwa sabda Rasul n adalah al haq, yang menyusun potongan kaca yang dipakainya. Dan inilah yang membuat objek yang tampil di retina hatinya berwujud sempurna, tidak terbalik dan indah sebagaimana mestinya.

Oleh karenanya, image yang ditangkap dari hadits-hadits seperti di atas bukanlah “Islam mendeskreditkan wanita”. Sama sekali bukan. Tapi yang tampak justru ke dalaman rahmat dari sang pencipta kepada kaum Hawa. Sabda baginda itu diterima sebagai pemberitahuan dan peringatan atas sisi lemah wanita yang sangat krusial. Kelemahan pada wanita yang harus diwaspadai atau ditambal dengan sisi kelebihan yang lain. Bukankah semua makhluk memang dicipta memiliki kelemahan?

Wanita itu fitnah atau godaan yang sangat besar bagi kaum lelaki. Terhadap hadits ini, seorang muslimah tidak akan bersu’udzan bahwa Islam menganggap wanita hanyalah makhluk penggoda dan pengganggu bagi lelaki. Tidak. Sabda ini akan dipahami sebagai peringatan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa potensi fitnah (godaan) dalam diri wanita sangatlah besar. Karenanya wanita pun akan sadar dan waspada lalu menjaga agar potensi itu tidak menyelinap keluar atau bahkan meledak.  Wanita memang ditakdirkan untuk memiliki daya tarik yang menggoda itu, tapi di sisi lain, wanita juga diwajibkan menjaganya.Nah, Islam pun memberikan cara bagaimana menjaga diri agar potensi itu tidak keluar. Ada jurus menjaga aurat, menundukkan pandangan, menjaga hubungan dengan lelaki, menghindari make up berlebihan dan sebagainya. Dengan mengaplikasikan jurus-jurus ini, yang akan merasa aman bukan hanya lelaki saja tapi juga wanita.

Kalau direnungkan secara mendalam, hadits ini bukan hanya peringatan bagi lelaki, tapi juga wanita. Memang, yang terkena dampak fitnah wanita secara langsung adalah lelaki. Hanya saja dalam beberapa kondisi, fitnah wanita yang dibiarkan terumbar liar juga akan berimplikasi buruk terhadap sesama wanita.

Ambil contoh, saat anda sedang bersama suami, tiba-tiba datang atau lewat seorang wanita yang membiarkan dua biji ‘kamera’ di kepala lelaki yang menatapnya bebas menelusuri kulit kakinya hingga 50 % di atas lutut, atau kulit lehernya hingga 50 % ke dadanya. Itu fitnah yang diumbar. Dan fitnah itu jelas ditujukan kepada lelaki. Tapi apa yang anda rasakan jika suami anda melirik? Sakit bukan? Lebih menyakitkan lagi jika kulit si wanita itu lebih bagus dari milik anda. Bahkan wanita bercelana jins dan berkaus ketat yang tengah bersama pacarnya di sebelah sana pun –misalnya ada-, boleh jadi akan mencubit pacarnya, sambil pasang muka cemberut lagi mengancam jika pacarnya ikut-ikutan melirik. Apa lagi jika masalahnya bukan sekadar melirik, selingkuh misalnya, tentu akan lebih menyakitkan lagi. Jadi, wanita juga akan terganggu dengan fitnah wanita yang tidak dijaga.

Nah, coba bandingkan jika yang hadir adalah seorang wanita berjilbab rapi dengan warna kain yang tidak mencolok, atau bahkan memaki cadar misalnya. Adem. Anda, suami anda dan juga semua orang di sekeliling anda akan merasakannya. Jadi, pada dasarnya sabda Rasul n di atas adalah peringatan untuk wanita dari bahaya fitnah wanita yang juga akan berdampak kepada wanita.

Soal status wanita yang diennya disebut “kurang” dan menjadi mayoritas ahli neraka, Rasulullah ingin memberi peringatan pada sisi lemah wanita dalam hal ini. Wanita secara kodrati mendapatkan haid dan menghalanginya dari ibadah selama sekian waktu. Ini kelemahan. Dengan menyadari hal ini, wanita diharapkan dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan sisi-sisi lebih yang diberikan kepadanya untuk meningkatkan value(nilai) dirinya. Semangat inilah yang akan muncul dalam diri muslimah dan bukan perasaan kecewa karena menganggap Islam menganak tirikan wanita. Dan bukankah pada tataran praktis, tidak sedikit kaum wanita yang kualitas diennya jauh lebih baik dari lelaki?

Kalau ternyata rasul mengatakan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka, itu berarti Beliau ingin menyampaikan bahwa realitanya kebanyakan wanita tidak mengikuti bimbingan rel syariat. Karena jika patuh pada syariat, dia akan masuk jannah. Bahkan ratunya para bidadari surga adalah wanita-wanita shalihah yang masuh jannah. Oleh karenanya, kalau tidak ingin merasa tersinggung dengan hadits ini, caranya mudah yaitu dengan menjadi wanita shalihah.

Kesimpulannya, saat membaca hadits-hadits semacam ini yang harus dikedepankan adalah iman. Para shahabiyah dulu tidak pernah komplain dengan hadits-hadits di atas dan menganggapnya sebagai diskriminasi terhadap kaum perempuan. Keyakinan mereka bahwa sabda Nabi adalah bimbingan ilahi memudahkan hati mereka menerima dan mencoba mendulang hikmahnya. Jangan terkecoh dengan bualan kaum liberal, mereka hanya ingin agar kita menentang syariat, merasa punya dalil saat bermaksiat dan akhirnya celaka di akhirat.Wallahua’lam.

arrisalah.net

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...